kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perlu ada Insentif hingga Rolling untuk Pemerataan Nakes di Daerah Terpencil


Selasa, 15 Agustus 2023 / 18:50 WIB
Perlu ada Insentif hingga Rolling untuk Pemerataan Nakes di Daerah Terpencil
ILUSTRASI. Tenaga kesehatan (nakes) yang belum merata distribusinya masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tenaga kesehatan (nakes) yang belum merata distribusinya masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. 

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan, perlu ada faktor pendorong agar para nakes bersedia ditempatkan pada daerah-daerah yang tergolong 3T. Misalnya saja insentif, tunjangan hingga fasilitas layanan kesehatan yang lengkap hingga tempat tinggal yang layak di tempat nakes tersebut ditugaskan.

"Perlu pemetaan, insentif, pilih orang-orang yang terbaik, berikan fasilitas kesehatan yang bagus, bangun pelayanan bagus, berikan tunjangan. Pull factor diperbanyak mereka akan semangat kerja," kata Tito dalam Penganugrahan Penghargaan bagi Nakes Teladan dan SDM Penunjang Tingkat Nasional 2023, Selasa (15/8).

Baca Juga: Ada UU Kesehatan, PAN: Kebutuhan Dokter Spesialis Bisa Terpenuhi

Tito menyoroti perlu juga adanya waktu penugasan yang pasti bagi tenaga kesehatan yang ditempatkan di daerah terpencil. Artinya ada rolling penempatan bagi nakes di daerah terpencil. 

"Diberikan waktu tertentu misalnya satu tahun. Jadi dia tahu dia akan mengabdi berapa lama dan otomatis dia akan bekerja maksimal," kata Tito. 

Setelah sukses bertugas di daerah terpencil tersebut, harus ada promosi atau nakes bisa memilih Ia ingin ditempatkan dimana.  

"Sehingga yang 3T ini seperti Nias, Papua dan lainnya atau perbatasan saran saya dari bapak Menkes kita siap petakan daerah yang sulit terpencil, dari sana berikan pull faktor. Berikan batas waktu disana misal setahun dua tahun. Setelah itu mereka sukses segera penuhi mau kemana. Kecuali bagi mereka yang mau terus bertahan disana," imbuhnya. 

Selain itu, perluas juga sekolah-sekolah kesehatan hingga sekolah vokasi kesehatan di daerah terpencil tersebut. Sehingga dari sana akan muncul putra-putri daerah yang nantinya akan mengabdi bagi daerahnya. 

"Yang dari Jawa dari mana-mana, dipaksa kesana, pengalaman saya di polisi saja ngga kuat mereka. Tapi kalau orang sana asli, punya pengalaman, iya daerah dia, kita beri kemampuan," ujarnya. 

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah fokus bagaimana meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Adapun untuk meningkatkan kualitas layanan maka jumlah nakes harus mendukung, kemudian distribusinya harus  merata dan kualitasnya harus baik. 

Kondisi kurangnya tenaga kesehatan tak hanya dialami oleh Indonesia. Budi mengatakan, negara-negara seperti Jepang, India bahkan China menteri kesehatannya mengaku adanya kekurangan nakes. 

"Kalau teman-teman merasa akan ada kekhawatiran kebanjiran (nakes asing) itu agak berlebihan kekhawatirannya. Karena tidak ada satupun negara yang kelebihan dokter dan tenaga kesehatan, mereka malah kekurangan," kata Budi. 

Baca Juga: PPPK Jadi Prioritas Rekrutmen CASN 2023, Cek Gaji PPPK Tahun Ini

Kemudian untuk masalah distribusi nakes, Pemerintah sudah membuka akses bagi masuknya nakes asing dalam UU Kesehatan. Namun, dokter dan tenaga kesehatan asing yang akan praktik di Indonesia tetap harus melalui proses adaptasi dan uji kompetensi.

"Mereka bisa masuk pertama di daerah terpencil karena daerah terpencil ini kalau kita takut, sebenarnya tapi orang-orang asing itu menyebutnya eksotik," kata Budi. 

Kedua nakes asing bisa masuk sebagai pengajar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas nakes dan dokter di Indonesia. Ketiga nakes asing yang masuk tidak boleh melakukan praktik mandiri melainkan harus di rumah sakit. 

"Nakes asing mau masuk boleh, tapi dia enggak boleh praktik mandiri, harus di rumah sakit. Dan ini ada adaptasi," kata Budi. 

Ia menuturkan, dengan talenta-talenta asing yang masuk diharapkan bisa mengatasi isu jumlah, distribusi dan kualitas nakes di Indonesia. 

Berdasarkan data Satu Sehat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terdapat 9 jenis tenaga kesehatan prioritas.  Posisi paling banyak tenaga kesehatan di Indonesia ialah perawat 658.606, bidan 393.069, dokter 191.528, farmasi 121.171, nakes kesehatan masyarakat 71.562, ahli teknologi laboratorium medik (ATLM) 62.163, nakes gizi 39.293, dokter gigi 35.574 dan nakes kesehatan lingkungan 30.435.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×