Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan
CIANJUR. Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menilai, perlambatan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat sudah dirasakan oleh Indonesia. Salah satu dampak yang dirasakan nyata, menurut Chatib, adalah merosotnya jumlah ekspor Indonesia.
Itu sebabnya, pada kuartal pertama tahun 2014 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke level 5,21%. Namun demikian, meski perlambatan ekonomi AS lebih cepat dari yang diramalkan pasar, pihaknya tidak akan merevisi kembali proyeksi pertumbuhan Indonesia.
Sebelumnya, pemerintah memang telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 dari maksimal 5,8% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2014, menjadi hanya 5,5% di APBN Perubahan tahun 2014.
“5,5% itu sudah termasuk hitungan, nanti makanya akn dilihat rinciannya seperti apa,” ujar Chatib, Jumat (30/5) di Istana Cipanas, kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan jajaran kabinetnya agar fokus menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi.
Seperti diberitakan, perekonomian AS mengalami kontraksi pertama sejak 2011 pada kuartal I 2014. Berdasarkan data yang dirilis Departemen Perdagangan AS, tingkat Produk Domestik Bruto AS turun 1%, lebih buruk dari prediksi sejumlah analis yang disurvei Bloomberg.
Terkait hal tersebut SBY mengatakan, pemerintah harus menyiapkan mental terhadap potensi merosotnya perdagangan Indonesia, terutama untuk tujuan ekspor ek AS.
“Bisa dibayangkan implikasi pelambatan tersebut terhadapm perdagangan negara manapun dengan AS,” kata SBY, dalam pembukaan rapat terbatas di Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.
Bukan hanya AS, SBY juga melihat pelambatan terjadi di perekonomian negara Filipina dan Republik Rakyat Cina (RRC). Terkait hal tersebut, SBY bilang mau tidak mau seluruh negara di dunia harus menyesuaikan.
Salah satu langkah yang akan dimaksimalkan pemerintah adalah dengan merevisi anggaran mereka melalui mekanisme pengajuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) tahun 2014.
Namun demikian, yang menjadi faktor penunjang pertumbuhan ekonomi tak hanya dari sispi anggaran, melainkan juga di sisi investasi, belanja, ekspor dan impor.
Saat ini pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memang tengah membahas RAPBNP tahun 2014. Dalam APBNP tersebut pemerintah merevisi target penerimaan pajak mereka, dan memangkas belanja di sejumlah Kementerian/Lembaga (K/L) hingga Rp 100 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News