Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia tengah memasuki fase strategis dalam memperkuat hubungan ekonominya dengan Uni Eropa (UE) melalui perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Ditargetkan perjanjian keduanya akan rampung dan mulai diimplementasikan paling cepat pada kuartal IV 2026, atau setidaknya pada kuartal I 2027.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, perjanjian IEU CEPA akan membawa angin segar untuk membuka pangsa ekspor lebih banyak, ada yakni pada sektor energi terbarukan, pengembangan kendaraan listrik, produk alas kaki dan pakaian, minyak sawit dan perikanan.
Terkait ekspor produk perikanan, Pemerintah Indonesia juga meminta Uni Eropa memberikan preferensi yang serupa dengan negara mitra lain. Oleh karena itu, Uni Eropa bersedia membuka lebih banyak akses pasar untuk produk unggulan Indonesia seperti kelapa sawit, sepatu, tekstil, dan ikan kaleng (terutama tuna).
“Untuk memaksimalkan manfaat tersebut, Indonesia perlu memastikan kesiapan industri domestik, memperkuat ekosistem pendukung ekspor, serta melakukan harmonisasi kebijakan lintas sektor,” jelas Menko Airlangga dalam konferensi pers, Jumat (13/6).
Baca Juga: Perundingan IEU CEPA Segera Usai, Tarif Ekspor Indonesia ke Uni Eropa Akan Bakal 0%
Adapun beberapa komoditas utama yang mendominasi ekspor Indonesia ke UE yakni minyak kelapa sawit dan turunannya, bijih tembaga, fatty acids (oleokimia), produk alas kaki, bungkil kelapa, besi baja, lemak cokelat dan kopra, serta produk berbasis karet dan mesin.
Pada 2024, Uni Eropa menyumbang 6,5% atau sekitar US$ 17,35 miliar dari total ekspor Indonesia yang sebesar US$ 264,70 miliar. Dalam kurun waktu 2021 hingga 2024, kinerja ekspor Indonesia ke Uni Eropa menunjukkan tren dinamis.
Nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa mengalami kenaikan tertinggi pada 2022 dengan nilai ekspor sebesar US$ 21,53 miliar, namun mengalami penurunan di tahun berikutnya, sebelum kembali naik sedikit menjadi US$ 17,35 miliar pada 2024.
Baca Juga: Pemerintah Sebut Implementasi IEU CEPA Bisa Tingkatkan Ekspor 5,4% Per Tahun
Lebih lanjut, studi yang dilakukan oleh CSIS (2021) dan Sustainability Impact Assessment oleh Komisi Eropa (2020) memperkuat optimisme terhadap manfaat ekonomi IEU-CEPA bagi Indonesia. Diproyeksikan bahwa PDB Indonesia akan tumbuh sebesar 0,19%, dengan tambahan pendapatan nasional mencapai US$ 2,8 miliar, dan ekspor Indonesia berpotensi meningkat hingga 57,76% dalam tiga tahun ke depan.
“Jadi kalau ekspor kita naik 50 persen itu setara dengan Vietnam ataupun Malaysia tahun ini. Kalau ini yang kita dorong dengan adanya IEU-CEPA ini nanti tarif-tarif (ekspor komoditas) yang unggulan kita yang sekarang bisa 8-12 persen itu bisa turun ke 0 persen,” tutur Menko Airlangga.
Implementasi IEU-CEPA memang diharapkan akan membuka peluang besar untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar Eropa karena kedua pihak belum mempunyai mekanisme Free Trade Agreement (FTA).
“Sebagai pembanding, pengalaman negara-negara Asia lain yang telah lebih dahulu menjalin perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa, seperti Vietnam dan Singapura, menunjukkan dampak positif yang signifikan terhadap kinerja ekspor mereka,” pungkas Airlangga.
Baca Juga: Implementasi IEU CEPA Bakal Sumbang 0,04% ke Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Selanjutnya: Dugaan Korupsi Laptop Kemendikbud Rp 9,9 Triliun, Pengamat Hukum Soroti Hal Ini
Menarik Dibaca: iPhone 13 Pro Max Harga Juni 2025 Turun! Cek Fitur Lengkapnya & Kelebihannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News