Sumber: Kompas.com | Editor: Khomarul Hidayat
Dikutip dari buku Megawati dalam Catatan Wartawan (2017), pascaterpilih sebagai ketua umum, Megawati berkeliling Indonesia untuk konsolidasi dan menemui rakyat. Ketidaksukaan pemerintah Orde Baru akan popularitas Megawati justru membuat Megawati makin dicintai orang banyak.
Ia adalah simbol perlawanan terhadap tekanan Orde Baru. Megawati sempat diusulkan sebagai calon presiden.
Baca Juga: Tarik investasi asing, pemerintah perlu lakukan empat langkah strategis
Megawati terus digoyang dan coba didongkel di tengah jalan. Pada 1996, lawan politik Megawati yang didukung pemerintah di dalam partai menggelar kongres Medan yang memilih Soerjadi sebagai ketua umum. Pascakongres PDI di Medan, pucuk pimpinan PDI terbelah dua. Ada PDI Soerjadi yang didukung pemerintah dan ada PDI Megawati yang didukung akar rumput.
PDI kubu Megawati menguasai Kantor Dewan Pimpinan Pusat PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta. Insiden berdarah pecah di sana saat massa dari kubu Soerjadi yang didukung pemerintah merebut paksa kantor. Lima orang dilaporkan tewas, sementara ratusan orang mengalami luka-luka.
Baca Juga: Ini penyebab angka pengangguran turun versi menteri sosial
Tekanan terhadap Mega justru menguatkan dukungan rakyat terhadapnya. Pendukungnya di PDI bahkan pindah ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan membentuk "Mega-Bintang". Mega sendiri memilih golput saat Pemilu 1997.
Mendirikan PDI-P
Lengsernya Soeharto pada Mei 1998 membawa angin segar. Megawati hengkang dari PDI dan mendirikan PDI Perjuangan untuk bertarung pada Pemilu 1999. Karisma Megawati membahana. PDI-P besutannya menjadi pemenang Pemilu dengan memperoleh 33,74% suara. Sementara, PDI Soerjadi hanya mengantongi 0,33%.
Sayangnya, jalan Megawati naar Merdeka Utara tak berlangsung mulus. Di Parlemen ia terganjal manuver poros tengah yang dimotori Amien Rais. Parlemen memilih Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden.
Baca Juga: Sri Mulyani sebut aturan kendaraan listrik akan diumumkan langsung Jokowi
Megawati menjemput takdirnya yang tertunda di Medan Merdeka Utara pada 23 Juli 2001 ketika ia dilantik menjadi Presiden kelima Indonesia sekaligus Presiden Perempuan pertama yang pernah memerintah negeri ini menggantikan Gus Dur yang dilengserkan Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Penulis: Nibras Nada Nailufar
Editor: Heru Margianto
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perjalanan Politik Megawati, dari Pengusaha Pom Bensin hingga Penguasa Medan Merdeka Utara".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News