Sumber: Kompas.com | Editor: Khomarul Hidayat
Suatu hari di awal 1990-an, Megawati Soekarnoputri diundang ke rumah keluarga Supeni, pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI), di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.
Supeni dan sejumlah tokoh ingin tahu alasan Megawati masuk ke PDI yang kala itu dipimpin Soerjadi, orang yang disetujui Soeharto memimpin PDI. "Anak kita mau ke mana sebenarnya, kok mendaftar masuk partai PDI?" tanya Manai Sophiaan, politikus PNI yang juga hadir dalam pertemuan itu.
Baca Juga: Puji nasi goreng Megawati, Prabowo: Saya sampai nambah
Sambil tersenyum, dengan tenang Megawati menjawab, "Aku naar (menuju, bahasa Belanda) Merdeka Utara," kata Megawati. Merdeka Utara yang dimaksud Megawati merujuk pada nama jalan yang melintas di depan Istana Negara.
Putri Soekarno ingin merebut pucuk pimpinan di negeri ini, menjadi presiden. Ruangan saat itu berubah hening. Jawaban Megawati menuai haru dari para senior-seniornya. Para pengagum Bung Karno itu luluh akan tekad Sang Putri.
Merebut PDI
Bergabungnya Megawati di PDI mendongkrak popularitas partai berlambang banteng itu. Melejitnya suara PDI pada pemilu 1987 dan 1992 mengkhawatirkan penguasa Orde Baru. Begitu pula Ketua Umum PDI Soerjadi yang ketokohannya tersaingi oleh Megawati waktu itu.
Baca Juga: Akhirnya DPR setuju agar Presiden Jokowi beri amnesti kepada Baiq Nuril
Rekayasa dan konflik internal pun diciptakan di tubuh PDI. Kongres PDI di Medan pada Juli 1993 untuk mengukuhkan Soerjadi kembali sebagai ketua umum menemui jalan buntu. Kongres Luar Biasa pun digelar di Surabaya pada Desember 1993.
Tak sesuai dengan harapan pemerintah untuk memenangkan tokoh yang bisa dikendalikan, Megawati justru tampil sebagai pemenang dengan meraih dukungan dari 27 DPD untuk mengambil alih pimpinan PDI. Berdasarkan Kongres Surabaya 1993, Megawati adalah Ketua Umum PDI periode 1993-1998.