Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EoDB) di Indonesia stagnan di posisi 73 dunia sejak dua tahun lalu. Laporan yang dikeluarkan oleh World Bank tersebut umumnya menjadi bekal rujukan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, peringkat EoDB di Indonesia tidak beranjak membaik karena birokrasi di Indonesia yang seabrek.
Sehingga, investor harus mengajukan izin yang berbeda-beda dan tidak satu pintu baik izin di tingkat Kementerian, pemerintah daerah (Pemda), dan Lembaga.
“Kenapa stag? karena memang aturan-aturan di kementerian yang dijadikan sebagai rujukan oleh Bank Dunia itu kita belum melakukan reformasi, yang tadi saya katakan bahwa terjadi ego sektoral,” kata Kepala BKPM Bahlil dalam Konferensi Pers virtual, Selasa (8/9).
Baca Juga: Demi pemulihan ekonomi, empat insentif pajak ini masih berlangsung di 2021
Meski, pada 2018-2019 pemerintah Indonesia sudah melakukan reformasi kemudahan berbisnis di Indonesia, tampaknya tidak cukup efektif dibandingkan negara lain ketika membenahi persoalan utama investor.
“Sebab negara lain melakukan perbaikan juga. Sehingga ketika kita melakukan perbaikan yang lain juga melakukan perbaikan akhirnya urutan kita enggak berubah-berubah,” ujar Bahlil.
Adapun World Bank akan kembali merilis peringkat EoDB 2021 dari 190 negara di dunia pada Oktober 2020. Bahlil berharap, Indonesia dapat naik level dari 73 ke 60 dunia.
Sebagai catatan, berdasarkan data BKPM, total realisasi investasi sepanjang periode April hingga Juni 2020 sebesar Rp 191,9 triliun. Angka tersebut turun 4,3% yoy, bahkan jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, terjadi penurunan 8,9%.
Bila dirinci, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada kuartal kedua sebesar Rp 94,3 triliun, turun 1,4% yoy. Di periode yang sama, Penanaman Modal Asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) tercatat Rp 97,6 triliun, turun 6,9% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News