kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.670.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.335   -45,00   -0,28%
  • IDX 6.876   -148,69   -2,12%
  • KOMPAS100 1.002   -27,61   -2,68%
  • LQ45 778   -23,83   -2,97%
  • ISSI 209   -3,14   -1,48%
  • IDX30 402   -12,98   -3,12%
  • IDXHIDIV20 482   -18,36   -3,67%
  • IDX80 113   -2,93   -2,52%
  • IDXV30 117   -3,38   -2,80%
  • IDXQ30 133   -3,80   -2,78%

Perang Dagang Trump 2.0 Diprediksi Bisa Bikin Indonesia Ketiban Musibah


Kamis, 06 Februari 2025 / 14:00 WIB
Perang Dagang Trump 2.0 Diprediksi Bisa Bikin Indonesia Ketiban Musibah
ILUSTRASI. Perang dagang kembali meledak pasca Donald Trump kembali ke Gedung putih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perang dagang kembali meledak pasca Donald Trump kembali ke Gedung putih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut dinilai akan bikin ‘buntung’ perdagangan Indonesia.

Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef)  Eko Listiyanto menilai, memang saat ini Trump sedang mengincar negara-negara dengan tingkat perdagangannya tinggi seperti China, Kanada dan Mexico.

Namun ke depan, Trump kemungkinan akan mencari celah untuk menerapkan tarif perdagangan ke negara-negara berkembang yang selama ini mengalami surplus neraca perdagangan.

“Lama-lama mungkin Trump melihat negara-negara yang perdagangannya selalu surplus.  Kita dengan AS selalu surplus. Indikasi yang selalu surplus akan dilihat-lihat nih mana yang bisa ditarifin,” tutur Eko dalam agenda Diskusi Indef, Kamis (6/2).

Baca Juga: China Pertimbangkan Penyelidikan Terhadap Apple, Bagian dari Perang Dagang

Dus, Eko melihat perang dagang 2.0 ini justru tidak akan memberikan ‘durian runtuh’ bagi Indonesia, namun justru ‘ketiban musibah.’

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang 2024, penyumbang surplus terbesar adalah berasal dari Amerika Serikat (AS) yang mencapai US$ 16.842,1 juta, dengan nilai ekspor mencapai US$ 28.311,7 juta, dan impor US$ 9.469,6 juta.

Penyumbang surplus terbesar dari AS adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), pakaian dan aksesorisnya atau rajutan (HS 61), dan alas kaki (HS 64).

Eko menambahkan, bila dilihat dari sisi makro, dampak perang dagang ini tidak akan berdampak signifikan kepada Indonesia. Namun, musibah akan terjadi apabila Indonesia tidak bisa mengekspor barang ke AS, atau AS memblok barang dari China.

Eko menggambarkan, pada periode pertama Trump menjabat menjadi Presiden AS dan AS memblokir barang dari China, pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu tersebut masih cukup tinggi.

“Namun pertumbuhan ekonomi China diperkirakan setengahnya 4,5%. Artinnya, sekarang permintaah dari China sudah turun, nanti permintaan dari China akan makin turun lagi (ke Indonesia,” ungkapnya.

Baca Juga: Antisipasi Dampak Perang Dagang, Pemerintah Perkuat Pengawasan Barang Impor

Eko mengapresiasi upaya Presiden Prabowo Subianto yang banyak menyambangi pimpinan negara lain untuk melakukan kerja sama.

Hanya saja, kerja sama tersebut harus direalisasikan dan tidak hanya dalam bentuk kesepakatan tertulis saja, sehingga bisa menghasilkan pangsa pasar ekspor baru bagi Indonesia.

Selanjutnya: Ada Efisiensi, Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Dipangkas Rp 81 Triliun

Menarik Dibaca: Resep Mini Churros yang Cocok untuk Anak Kos, Hanya Modal Garpu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×