Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China bisa jadi berimbas positif pada industri perikanan Indonesia. Pasalnya ikan dari AS menjadi salah satu komoditas yang bakal dikenai bea tambahan di negeri Tirai Bambu. Dengan demikian, industri ikan Indonesia bisa mulai mengambil ancang-ancang untuk mengisi celah kebutuhan ikan China.
Agung Pamujo, Sekretaris Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perindo) menyatakan efek kebijakan bea tambahan tersebut memang belum terasa secara langsung karena baru diumumkan beberapa waktu lalu. Namun demikian, Perindo telah mendapatkan sejumlah nota kesepahaman dengan dua perusahaan dari China yang tertarik mengekspor ikan dari Indonesia.
"Memang sudah ada beberapa perusahaan yang ingin kerja sama impor ikan dari Perindo ke China, dua di antaranya sudah tandatangan MoU," jelas Agung, kepada Kontan.co.id, Rabu (20/6).
Agung merinci, salah satunya adalah China Volant Industry Ltd atau Volinco yang merupakan bagian dari China Aeorspace Science and Industry Corp. Satu lagi adalah perusahaan ikan yang berasal dari Xianmen. Volinco tertarik dengan produk ikan layur, dan ikan daging putih seperti ikan Kakap, ikan Gulama dan ikan dari Laut Arafura.
Bahkan Volinco sudah melakukan kunjungan ke gudang penyimpanan beku Perindo yang berlokasi di Muara Baru dan kini tengah memasuki tahap penentuan harga. Agung memperkirakan, Juli ini dapat memulai ekspor perdana Perindo ke China.
Asal tahu, sebelumnya Perindo memang sudah melakukan ekspor ke China namun secara tidak langsung, alias melalui rantai pasokan perusahaan lain yang membeli produk ikan Perindo. Adapun volume ikan yang diminta kedua perusahaan tersebut berpotensi mencapai ribuan ton per bulan.
"Maka dengan kebijakan baru dari China, dan bila deal harga dan volume perdagangan sudah disetujui, Perindo akan meningkatkan pembelian ikan dari nelayan yang beroperasi di Arafura," jelas Agung.
Asal tahu, eskalasi perang dagang AS-China semakin meninggi. Per Minggu (17/6), China memberikan rincian lebih detil akan produk AS yang bakal dikenai tarif impor lebih saat masuk China. Termasuk dalam rincian tersebut adalah bahan bakar termasuk batubara, minyak dan gas alam, ikan beku, lobster, kepiting dan udang.
Namun demikian Corporate Secretary PT Dharma Samudra Fishing Tbk (DSFI) Saut Marbun melihat potensi tersebut harus terus dikaji. Pasalnya persaingan global dalam industri ikan masih kerap didominasi oleh pelaut Thailand dan Vietnam yang notabene secara geografis lebih dekat dengan China.
"Tapi dengan penangkapan illegal fishing mereka di perairan kita, Indonesia jelas bisa semakin perbanyak produksi dan ekspor ikannya," kata Saut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News