kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyusunan APBN 2020 diliputi sentimen ketidakpastian


Selasa, 20 Agustus 2019 / 23:10 WIB
Penyusunan APBN 2020 diliputi sentimen ketidakpastian
ILUSTRASI. RAPAT PARIPURNA PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN APBN


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, proses penyusunan APBN 2020 beserta asumsi makronya sangat dipengaruhi oleh arah perekonomian global ke depan. 

Pasalnya, banyak perubahan arah kebijakan yang membuat kondisi ekonomi dunia bergejolak dan semakin sulit diprediksi. Menurutnya, ada beberapa sentimen utama yang menjadi penentu momentum perekonomian global selanjutnya. 

Pertama, arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh The Federal Reserve. “The Fed awalnya menaikkan suku bunga, sekarang dia menurunkan. Kita belum tahu apakah mereka akan melakukan (menurunkan) lagi atau tidak,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, Selasa (20/8). 

Ia menilai, arah kebijakan suku bunga The Fed ini menjadi salah satu penentu apakah momentum pelemahan ekonomi dunia terus berlanjut atau berbalik pada tahun 2020 nanti. 

Baca Juga: Ini rincian pembiayaan untuk pemindahan Ibu Kota

Kedua, faktor perang dagang antara AS dan China. Sri Mulyani mengakui, sentimen perang dagang menjadi yang paling sulit untuk diprediksi lantaran sangat bergantung pada kesepakatan kedua negara tersebut.

Yang jelas, dampak dari perang dagang yang bergulir sejak tahun 2018 itu sudah makin terlihat pada geliat perekonomian dunia. “Terutama pada kegiatan-kegiatan industri manufaktur, PMI China sudah melemah. Pertumbuhan ekonomi China juga melemah,” lanjut Sri Mulyani. 

Kebijakan AS maupun China dalam situasi perang dagang ini, menurutnya, juga akan menentukan momentum ekonomi global di tahun depan. Apakah akan memunculkan optimisme, atau justru sebaliknya menambah ketidakpastian yang semakin perlu diwaspadai. 

Oleh karena itu, Sri Mulyani bilang, dalam penyusunan APBN 2020 beserta asumsi makronya, pemerintah dihadapkan pada banyak ketidakpastian. Banyak indikator makroekonomi yang sangat bergantung pada sentimen-sentimen tadi. 

Baca Juga: Anggaran dana abadi bertambah, Kemenkeu belum tetapkan skema dan pengelolanya

Sebut saja nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah yang paling utama. Dalam RAPBN 2020, kurs rupiah dipatok Rp 14.400 per dollar AS dan harga minyak ICP sebesar US$ 65 per barel. 

Sri Mulyani mengatakan, bukan tak mungkin ketidakpastian global membuat deviasi pada asumsi makro kembali terjadi seperti pada 2018 lalu. “Waktu itu kita meletakkan harga minyak US$ 48, realisasinya di atas US$ 60 per barel. Kurs juga menjadi di atas Rp 14.000 (Rp 13.400 di APBN),” tuturnya. 

Lantas, dalam proses penyusunan APBN 2020 yang akan berlanjut ini, pemerintah akan tetap cermat dan waspada. Seraya memantai arah kebijakan fiskal dan moneter negara-negara lainnya untuk membaca hawa perekonomian dunia ke depan. 

“Ketidakpastian tentu harus waspadai, tetapi kita juga harus mampu kelola ketidakpastian itu. Itulah yang akan terus kita fokuskan menggunakan APBN sebagai instrumen menjaga perekonomian nasional,” tandas Sri Mulyani. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×