kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan Keyakinan Konsumen Jadi Tanda Pelemahan Daya Beli


Senin, 10 Oktober 2022 / 22:14 WIB
Penurunan Keyakinan Konsumen Jadi Tanda Pelemahan Daya Beli
ILUSTRASI. Petugas pemasaran melayani konsumen di salah satu booth penjualan mobil di Jakarta,


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan keyakinan konsumen pada September 2022 bisa menjadi indikasi daya beli masyarakat mulai goyah. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2022 sebesar 117,2 atau menurun dari 124,7 pada bulan sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, penurunan keyakinan konsumen tak lepas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal September 2022. Ini lah yang kemudian menggerus daya beli masyarakat.

“Daya beli terpengaruh, terutama mereka dengan pendapatan menengah. Kalau kelas bawah ada bantuan langsung tunai, kalau pekerja kelas menengah menunggu kepastian naik gaji,” terang David kepada Kontan.co.id, Senin (10/10).

Baca Juga: Ekspektasi Masyarakat Terhadap Kondisi Ekonomi ke Depan Menurun

Keyakinan konsumen yang menurun dan indikasi penurunan saya beli, tentu akan memengaruhi progres pemulihan ekonomi. David khawatir, ini akan berlanjut sehingga pada kuartal IV-2022 ada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Terlebih, konsumsi masyarakat merupakan motor penggerak perekonomian.

Belum lagi, ada faktor eksternal yang memengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Seperti, potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, potensi resesi negara lain, hingga inflasi tinggi dan pengetatan kebijakan moneter.

David pun memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2022 akan lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 yang bisa mendekati 6% yoy.

Perlambatan ekonomi juga bisa berlanjut di tahun 2023. Bila ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 bisa mencapai 5,1% yoy hingga 5,4% yoy, pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya mentok 4,5% yoy hingga 5% yoy.

Meski memang masih jauh dari jurang resesi, David mengimbau Indonesia tetap hati-hati agar tak tergelincir. Dirinya menekankan, menjaga daya beli masyarakat menjadi salah satu hal yang krusial.

Pemerintah bisa terus lanjut memberi bantuan langsung tunai kepada masyarakat rentan dan miskin untuk menjaga daya beli mereka. Selain itu, kenaikan gaji bagi masyarakat kelas menengah juga diperlukan.

Baca Juga: Ekonom: Kenaikan Harga BBM Sebabkan Keyakinan Konsumen Anjlok pada September

Kemudian, bila konsumsi pemerintah bakal lebih terbatas di tahun 2023, maka peran pengeluaran swasta harus bergerak. Dalam hal ini, sektor swasta perlu getol dalam merealisasi proyek-proyek mereka, sehingga bergeraknya sektor swasta turut memutar roda perekonomian.

Selain terkait konsumsi, David juga meminta pemerintah untuk melakukan diversifikasi produk ekspor agar tak hanya bergantung pada komoditas. Mengingat, sudah ada normalisasi harga komoditas sehingga ada kemungkinan nilai ekspor menyusut dan mengurangi pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×