Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Keputusan PT Pertamina (Persero) dan Kementerian BUMN menurunkan harga gas elpiji 12 kilogram mendapat respon positif dari pemerintah. Diharapkan, dengan diturunkannya harga elpiji 12 dari sebelumnya naik Rp 3.500 per kg menjadi hanya naik Rp 1.000 per kg, bisa mengurangi terjadinya penyimpangan di lapangan.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah mengatakan, efek penurunan harga gas elpiji 12 kg ini cukup besar. Selain menekan terjadinya inflasi yang diperkirakan sebelumnya mencapai 0,13% bila harga tetap naik Rp 3.500 per kg, penurunan harga gas elpji juga bisa mengurangi terjadinya penyimpangan di lapangan.
"Jadi pemerintah berharap dengan penurunan harga ini, maka risiko terjadinya penyimpangan-penyimpangan terhadap gas 12 kg di lapangan bisa dikurangi," tuturnya di Kompleks Istana Presiden, Senin (6/1).
Selain dampak terjadinya penyimpangan bisa diminimalisir, Firmanzah juga optimis bahwa pengurangan kenaikan harga as elpji 12 kg ini bisa mengurangi terjadinya migrasi pemakaian gas 12 kg ke gas bersubsidi 3 kg. Dengan demikian, tugas kepolisian juga bisa sedikit lebih ringan.
Di sisi lain, kata Firmanzah, daya beli masyarakat juga bisa kembali menguat karena kenaikan harga gas tidak terlalu berdampak besar bagi perekonomian masyarakat. Apalagi, pemakaian gas 12 kg adalah pelaku usaha kecil dan menengah.
Sementara, masyarakat luas lebih banyak menggunakan gas 3 kg. Maka diharapkan daya beli masyarakat tetap kuat pada tahun 2014 ini sehingga pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News