Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau tumbuh rendah, Bank Indonesia (BI) mencatat penjualan eceran pada bulan November 2017 cenderung membaik. Hal itu tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada November 2017 yang sebesar 206,7 atau tumbuh 2,5% ketimbang November 2016.
Indeks Penjualan Riil pada November 2017 juga masih lebih baik ketimbang Oktober 2017 yang tumbuh 2,2% dibanding periode sama 2016.
Berdasarkan hasil survei BI, sumber utama pertumbuhan IPR pada November 2017 berasal dari penjualan kelompok makanan minuman dan bahan bakar kendaraan. Penjualan kelompok makanan tumbuh 7,8% dibanding November 2016, sedangkan bahan bakar kendaraan tumbuh 5,8% dibanding November 2016.
Sedangkan penjualan eceran kelompok lainnya tumbuh negatif, dengan tingkat penurunan yang melambat. "Peningkatan pertumbuhan penjualan eceran diperkirakan akan berlanjut pada Desember 2017 dengan IPR yang lebih tinggi sebesar 2,6% secara tahunan," tulis BI dalam laporannya, Rabu (9/1).
Hasil survei juga mengindikasikan adanya penurunan tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran dalam tiga bulan mendatang (Februari 2018). Indikasi tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang 152,8, lebih rendah dari 154,9 bulan sebelumnya.
"Ekspektasi penurunan tekanan kenaikan harga terjadi akibat pedagang eceran menduga akan terjadi kenaikan harga BBM, LPG dan tarif listrik di Januari 2018," tulis BI.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaningsih menilai, pertumbuhan penjualan eceran ini lebih disebabkan oleh faktor musiman dan faktor kenaikan harga minyak mentah. "BBM terbawa harga minyak dunia yang naik. Meski premium dan solar disubsidi, tetap saja kalau premium tidak ada di SPBU dan adanya pertalite, akan ada peningkatan spending karena ada kenaikan harga," kata Lana, Rabu (9/11).
Sementara untuk makanan dan minuman, menurut Lana seharusnya stagnan. Pertumbuhan ini mencerminkan permintaan dari Natal yang sudah mulai di November.
Ini juga bisa dilihat dari pertumbuhan penjualan sandang yang tumbuh 2,2%. "November belum kelihatan perbaikan daya belinya. Kalau faktornya sudah netral, Januari, Februari, Maret, kalau itu ada kenaikan artinya ada perbaikan daya beli," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News