kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan eceran November terdorong harga minyak


Selasa, 09 Januari 2018 / 21:13 WIB
Penjualan eceran November terdorong harga minyak


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, penjualan eceran pada November 2017 masih tumbuh rendah, namun cenderung makin membaik. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2017 yang sebesar 206,7 atau tumbuh 2,5% (yoy).

Angka ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan pada Oktober 2017 yang sebesar 2,2% (yoy), bahkan penjualan eceran sempat tumbuh negatif di bulan Juli 2017 sebesar -3,3% (yoy).

BI melansir, sumber utama pertumbuhan berasal dari penjualan kelompok makanan minuman yang tumbuh 7,8% (yoy) dan bahan bakar kendaraan yang tumbuh 5,8%. Penjualan eceran kelompok lainnya masih tumbuh negatif, dengan tingkat penurunan yang melambat.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaningsih mengatakan, pertumbuhan penjualan eceran ini lebih disebabkan oleh faktor musiman dan faktor kenaikan harga minyak mentah.

“BBM karena terbawa harga minyak dunia yang naik, sebagian besar di BBM nonsubsidi. Walaupun ada premium solar disubsidi, tetap aja kalau kita cari premium, tidak ada di SPBU, adanya Pertalite. Ada spending meningkat di BBM karena ada kenaikan harga,” katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (9/1).

Sementara, untuk makanan dan minuman sendiri seharusnya menurut Lana stagnan saja, tetapi adanya pertumbuhan ini mencerminkan adanya permintaan dari perayaan Natal yang sudah dimulai di November. Hal ini juga bisa dilihat dari pertumbuhan penjualan sandang yang tumbuh 2,2%.

“Jadi ini ada faktor musiman, kenaikan ini, dan naiknya harga minyak mentah sehingga total ecerannya naik walaupun kalau komponennya masih banyak yang turun,” jelasnya.

Lana menyatakan, pada Desember 2017 mungkin masih ada kenaikan karena masih ada libur akhir tahun, namun mungkin bukan di sandang. Kemungkinan adalah di belanja BBM dan makanan.

“November belum kelihatan perbaikan daya belinya. Kalau faktornya sudah netral, Januari, Februari, Maret, kalau di sana naik ada perbaikan daya beli. Lalu, memasuki Mei-Juni ada kenaikan, itu musiman. Kemudian, Agustus, September, Oktober membaik, artinya ada perbaikan daya beli,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×