kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengusaha ingin pemerintah dorong daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19


Senin, 22 Juni 2020 / 22:31 WIB
Pengusaha ingin pemerintah dorong daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Suasana pengunjung di dalam pusat perbelanjaan Central park, Jakarta. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sutrisno Iwantono menuturkan bahwa yang dibutuhkan saat ini ialah menggerakkan perekonomian. Salah satunya dengan mendorong daya beli masyarakat.

Melihat adanya perluasan peserta Kartu Prakerja, dimana Pemerintah akan mengikutsertakan wirausahawan sebagai salah satu peserta, yang akan diatur melalui revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 36 Tahun 2020 Tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja.

Baca Juga: Kartu prakerja dinilai kurang efektif, ini saran untuk pemerintah

Sutrisno menuturkan bahwa meningkatkan pelatihan dan menumbuhkan wirausahawan juga penting di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Namun kembali ia tekankan bahwa menggerakkan daya beli dinilai lebih pas untuk moment saat ini.

"Masyarakat perlu daya beli, sehingga dana yang ada bisa dialokasikan untuk mendongkrak daya beli. Pelatihan penting juga tetapi momentum saat ini adalah menggerakkan daya beli. Menumbuhkan kewirausahaan baru itu kita paham penting, tetapi menggerakkan wirausahawan yang ada yang saat ini terpuruk mestinya lebih prioritas," jelas Sutrisno saat dihubungi Kontan.co.id pada Senin (22/6).

Menggerakkan wirausahawan untuk bangkit kembali tentu memerlukan dorongan ekstra, dimana modal kerja pelaku usaha akibat pandemi Covid-19 pasti sudah tergerus.

Sutrisno menambahkan masyarakat pada waktu lalu sudah terlalu lama di rumah dimana pasti berimbas pada berkurang atau hilangnya penghasilan. Dimana diketahui angkatan kerja sebagian besar ada di sektor informal, yang saat ini jumlahnya mencapai sekitar 70 juta usaha, yang hidup dari pendapatan harian.

Baca Juga: Begini cara pemerintah mengatasi tiga dampak wabah corona ke ekonomi

"Rakyat yang terlalu lama di rumah pasti akan kehilangan pendapatan, akibatnya permintaan barang menurun, petani merespon dengan menurunkan produksi. Hal itu menyebabkan produksi pangan turun, akan diikuti harga-harga melambung seperti sekarang kejadian di daging ayam. Sebulan lalu ambruk, sekarang melonjak sampai 3 kali. Kondisi ini kalau berlangsung terus bisa menimbulkan bencana kelaparan," jelasnya.

Oleh karenanya pemerintah disebut Sutrisno perlu fokus untuk mendorong agar daya beli masyarakat ditingkatkan, dengan ciptakan pendapatan bagi mereka.

"Coba kita mulai new normal dengan standar protokol Covid-19 yang ketat, kalau semua orang pakai helm pelindung, pakai kacamata, pakai masker dan rajin cuci tangan, tidak menyentuh wajah, sebenarnya kerja normal dapat dilakukan dengan resiko yang lebih rendah," ungkapnya.

Sutrisno juga menyebut mungkin perlu juga subsidi bagi masyarakat untuk dapat membeli alat pelindung diri seperti face shield dan masker. Agar masyarakat dapat kembali menggerakkan roda perekonomian dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×