Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investment East Ventures mengemukakan turunnya daya beli masyarakat merupakan salah satu ripple effects dari COVID - 19, karena berkurangnya penghasilan yang disebabkan oleh pemotongan gaji atau pemutusan hubungan kerja (PHK).
VP Investment East Ventures, Devina Halim berkata, ini saatnya bagi pemilik usaha untuk melakukan penataan ulang fungsi - fungsi perusahaan untuk mencapai efisiensi yang lebih baik.
Baca Juga: GoLife dihentikan, Gojek siapkan langkah Ini untuk para mitra
"Misalnya, dengan melakukan penataan ulang, pemilik usaha dapat mengatur ulang pos pembiayaan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran baru seperti pemenuhan kebutuhan protokol kesehatan," paparnya dikutip dari keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Jumat (26/6).
Ia melanjutkan, New normal menjadi tantangan sendiri bagi pemilik usaha agar bisa bertahan di tengah perubahan perilaku masyarakat. Hal itu, membuat masyarakat menjadi lebih peduli pada keamanan dan kebersihan, sehingga penerapan standar kesehatan sesuai anjuran sangat penting untuk dijalankan oleh seluruh pemilik usaha.
"Selain itu, akan ada perubahan perilaku konsumen khususnya bagi bisnis di sektor ritel atau pariwisata, sehingga dibutuhkan penyesuaian bisnis untuk memenuhi kebutuhan baru masyarakat di masa new normal,” tambah Devina.
Bersamaan dengan hal tersebut, Mekari sebagai perusahaan software as a service (SaaS) yang mempunyai produk Jurnal, software akuntansi online berbasis cloud, merangkum beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh pemilik usaha agar bisa kembali bersaing di masa new normal.
Baca Juga: Layanan GrabBike kembali aktif di wilayah Jawa Barat
Di antaranya adalah, melakukan inovasi bisnis yang relevan, setelah melakukan riset, proses adaptasi yang kemudian bisa dilakukan adalah mengeluarkan inovasi - inovasi baru yang masih selaras dengan core bisnis untuk memenuhi kebutuhan baru dari konsumen. "Misalnya, pemilik ritel pakaian beralih ke pembuatan APD seperti masker atau pengusaha katering beralih membuat frozen food," ujarnya.
Selanjutnya adalah pengelolaan arus kas dengan review dan menetapkan skala prioritas untuk belanja modal dan operasional perusahaan penting dilakukan.
Menyusun kembali proyeksi arus kas, minimal untuk 12 bulan ke depan, kemudian meninjau ulang dan mengawalnya dalam kurun mingguan agar memastikan arus kas dalam kondisi sehat. "Dengan menggunakan software akuntansi berbasis cloud seperti Jurnal, pemilik usaha dengan mudah bisa mengakses laporan arus keuangan secara realtime," katanya.
Hal ini, berpotensi memudahkan pemilik usaha untuk melakukan analisa dan mengambil keputusan keuangan secara tepat dan akurat berbasis data.
Baca Juga: P2P lending Danacita sudah salurkan pinjaman pendidikan Rp 9,8 miliar
Tak hanya itu, pelaku bisnis perlu menganalisa keuangan untuk melihat sejauh mana bisnis dapat bertahan dengan kondisi saat ini. Jika efisiensi perlu dilakukan, seperti layoff karyawan, harus dilakukan cepat dan terarah. Saat rencana jangka pendek dan menengah bisnis sudah dilakukan secara matang, pemilik usaha diharuskan membuat business continuity plan.
Selanjutnya adalah menyiapkan dana cadangan, sebab pandemi bisa menyebabkan surutnya lagi roda perekonomian Indonesia. Serta terakhir adalah, beralih ke digital sebab dengan kondisi saat ini, kehadiran teknologi dan kanal digital akan membantu pemilik usaha untuk memperluas jangkauan pasar.
"Baik melalui pemanfaatan media sosial, marketplace, aplikasi pesan antar makanan dan lainnya akan memudahkan konsumen untuk menjangkau produk atau jasa yang dimiliki. Dengan banyaknya saluran penjualan ini, pastikan pembukuan di akhir bulan tetap sesuai. Menggunakan software akuntansi berbasis cloud seperti Jurnal, pemilik usaha bisa melakukan pencocokan data saldo kas di bank dan pembukuan secara otomatis dan akurat melalui fitur rekonsiliasi bank," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News