Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Agung Jatmiko
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bonus demografi masyarakat Indonesia menyebabkan konsumsi bahan pangan akan terus mendaki. Perkiraannya pada tahun 2045 akan terjadi lonjakan konsumsi yang bila tidak diimbangi dengan penyelesaian di sisi produksi dan mata rantai, bisa berdampak buruk.
Pengamat pertanian, Bustanul Arifin menyampaikan pihaknya telah melakukan penelitian yang memprediksi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia pada tahun 2045. Hasilnya, terdapat kenaikan pada konsumsi dan permintaan yang signifikan dan bila tidak ditanggapi maka bisa mempengaruhi kecukupan gizi dan pangan.
"Pengadaan pangan ini harus dipastikan ada karena risikonya generasi depan bisa mengalami gizi buruk," katanya, Rabu (8/8).
Dalam penelitiannya, konsumsi dan permintaan komoditas pangan bakal dalam trayek terus meningkat. Bustanul memproyeksikan konsumsi beras per kapita pada baseline akan meningkat secara bertahap sebanyak 1,5% menjadi 99,08 kilogram per kapita per tahun pada 2025. Kemudian pada tahun 2045, konsumsi diperkirakan akan naik 2% menjadi 99,55%.
Proyeksi konsumsi beras per kapita pada baseline secara bertahap meningkat 1,5% menjadi 99,08 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2025 dan meningkat 2% menjadi 99,55 kilogram per kapita pada 2045. Kemudian permintaan beras juga diproyeksikan meningkat menjadi 127,09 kilogram per kapita pada 2025 dan 127,70 kilogram per kapita 2045.
Proyeksi konsumsi unggas menunjukkan peningkatan tertinggi dibandingkan dengan produk hewani lainnya, yaitu 22,1% pada tahun 2025 menjadi 9,13 kilogram per kapita per tahun dan 29,3% pada tahun 2045 menjadi 9,66 kilogram per kapita per tahun.
Sedangkan pada proyeksi konsumsi daging sapi meningkat sebesar 10,3% menjadi 2,79 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2025, dan 20,4% menjadi 3,04 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2045. Proyeksi konsumsi ikan meningkat sebesar 11% menjadi 29,09 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2025 dan 14,6% menjadi 30,04 kilogram per kapita per tahun pada 2045.
Untuk buah dan sayuran, proyeksi permintaan konsumsi pangan tertinggi per kapita berkaitan dengan apel, dengan peningkatan sebesar 55% pada tahun 2025 menjadi 1,49 kilogram per kapita per tahun, dan 73,5% pada tahun 2045 menjadi 1,66 kilogram per kapita per tahun.
Pada buah, konsumsi apel sebagian besar merupakan bagian dari populasi perkotaan di kelompok berpenghasilan tinggi dan menengah. Permintaan yang diproyeksikan untuk buah lokal seperti jeruk, pisang, salak dan mangga pada tahun 2025 dan 2045 tidak setinggi apel, dan permintaan ini didominasi oleh apel impor.
Menanggapi angka-angka tersebut, Bustanul melihat seluruh pihak pemangku kepentingan harus mendorong keamanan pada rantai pasokan untuk mengamankan sisi perdagangan.
"Pihak-pihak terkait komoditas pangan harus memperbaiki jalur rantai suplai untuk memastikan ketahanan pangan," katanya. Sedangkan pada sisi suplai, menurutnya harus ada langkah konkrit untuk memastikan ketersediaan pasokan dari sisi hulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News