Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suhu politik menjelang pemilhan umum pada April 2019 mendatang semakin memanas. Adu argumen serta adu pencitraan semakin gencar dilakukan. Karena itu, penting bagi setiap orang untuk menanggapinya dengan kepala dingin.
Pengamat politik Ujang Komarudin memprediksi, kedua kubu pasangan calon (paslon) akan memasang kuda-kuda untuk saling serang. "Kedua kubu kemungkinan akan memasang kuda-kuda yang kuat dan bermain ofensif. Hoaks bisa saja akan terus dikelola dan disebar untuk menjatuhkan lawan," ungkap Ujang kepada Kontan.co.id, Minggu (3/2).
Ujang menilai sekeras apa pun persaingan menuju kursi RI 1 masih tetap dalam batas wajar politik di negara demokrasi. Isu-isu mengenai agama juga bisa saja dimainkan untuk menggerus suara petahana. Namun sekeras apa pun persaingan dijelaskan Ujang haruslah dihadapi dengan kepala dingin dan senyuman.
"Kan kedua kubu sudah sepakat untuk berkampanye damai dan tanpa hoaks. Harusnya komitmen kampanye damai tersebut diimplementasikan. Sehinga kampanye tidak saling serang, menghujat, penuh kebencian, fitnah, dan saling menjatuhkan," sambung Ujang.
Perihal kampanye damai yang dideklarasikan kedua kubu, dinilai Ujang belum berjalan dengan baik dan konsisten.
Tahun politik kali ini bahkan bisa dibiliang sebagai tahun politik 'edan'. Karena kembali mempertemukan antara Jokowi dengan Prabowo. "Karena rematch ini lah politik menjadi edan, gila, dan sadis. Dan saat ini polarisasi tersebut makin menjadi-jadi. Dan masyarakat sudah terpolarisasi sejak Pilpres 2014 yang lalu. Ketika Jokowi dan Prabowo bersaing untuk pertama kalinya," jelas Ujang.
Hingga saat ini kedua kubu masih belum menerapkan intrik-intrik politiknya. Masih hanya sekedar slogan. Intrik-intrik inilah yang belum dijalankan dengan konsisten oleh kedua Paslon.
Semakin mendekati masa pemilihan nanti, Ujang memandang akan banyak intrik politik yang akan semakin menjadi. Namun demi membangun demokrasi yang berkeadaban, maka hindari politik yang tidak mendidikan dan terkesan menyebalkan.
"Jika disederhanakan maka kampanye itu hanya ada dua cara: Pertama, membangun pencitraan diri. Dan yang kedua, menjatuhkan dan membusuki lawan. Nah saat ini, kampanye diisi dan diwarnai oleh kampanye yang kedua. Oleh karena itu, tidak aneh jika politik makin panas dan ganas," ungkap Ujang.
Namun diluar prediksi suhu perpolitikan semakin memanas nantinya, Ujang menyarankan agar persaudaraan, persatuan dan kesatuan yang ada tidak rusak hanya karena pemilu. Sepanas apa pun suhu politik yang akan terjadi, sebagai bangsa kita harus tetap menjaga dan merawat persatuan dan kesatuan bangsa.
"Namun apapun strategi kampanye yang digunakan oleh kedua kubu. Sejatinya harus tetap menjaga persaudaraan, persatuan dan kesatuan," kata Ujang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News