Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Peta pertarungan memperebutkan posisi presiden dan wakil presiden pada pemilihan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapares) pada 9 Juli 2014 mendatang kian mengerucut.
Tidak tertutup kemungkinan capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo akan berhadap-hadapan dengan capres dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto.
Menurut Pengamat politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit, secara popularitas Jokowi masih jauh lebih unggul dibandingkan dengan Prabowo.
Hal itu terlihat dari berbagai lembaga survei yang digelar selama ini. Namun penentuan cawapres kedua capres akan menentukan perimbangan kekuatan masing-masing.
"Jika Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK), maka Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa dipastikan akan kalah," ujarnya, Minggu (11/5).
Arbi mengatakan, pasangan Jokowi-JK memiliki berbagai keunggulan dibandingkan bila Jokowi berpasangan dengan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad atau Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
JK memiliki pengetahuan yang luas di bidang ekonomi, pemerintahan, kepemimpinan dan hubungan luar negeri. "JK itu mengerti persoalan Timur-Tengah," tegasnya.
Sementara, Arbi meragukan kualitas Abraham Samad dan Mahfud MD yang hanya beken di bidang hukum. Padahal posisi wapres mencakup seluruh masalah pemerintahan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Jadi Arbi mengatakan pasangan Jokowi-JK adalah pasangan ideal dan berkualitas.
Di sisi lain, pasangan Prabowo-Hatta Rajasa dinilai kurang kuat daya tariknya bila langsung berhadapan dengan Jokowi di Pilpres.
Pasalnya, kedua tokoh ini dinilai hanya menguasai ekonomi, sementara diragukan menguasai bidang yang lain. Secara popularitas juga keduanya kalah dibandingkan dengan Jokowi-JK.
Kendati begitu, Arbi mengingakan, Jokowi bisa kalah jika berpasangan dengan Abraham Samad atau Mahfud MD. Pasalnya, kedua tokoh itu tidak memiliki popularitas yang tinggi bila dibandingkan dengan JK. Apalagi, bila Prabowo tiba-tiba berpasangan dengan tokoh populer lainnya seperti Dahlan Iskan.
Belum lagi, bila Partai Demokrat membentuk poros baru, dan mencalonkan salah seorang dari peserta konvensinya. Maka suara akan terbagi, dan peta menuju kursi RI 1 akan semakin sulit. Karena itu, pasangan Jokowi-JK merupakan pasangan ideal dalam kacamata Arbi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News