Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto
"Kalau ada kekurangan dalam mengambil kebijakan yah dimaafkan, kalau memang harga itu Rp 275.000 karena disubsidi pemerintah atau bantuan pengusaha maka harus kita berterima kasih," kata Emrus.
Ia menegaskan, naik turunnya harga PCR itu tidak serta merta karena permainan harga oleh pihak-pihak tertentu.
Menurutnya, naik turunnya harga PCR bisa juga pengaruh dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Juga bisa disebabkan ketersediaan stok atau permintaan pasokan.
Baca Juga: Sebelum Jokowi lengser, pemerintah targetkan investasi Rp 642,2 triliun dari UEA cair
Bahkan, bila ada penurunan harga yang begitu jauh bisa juga karena subsidi dari pemerintah agar masyarakat bisa menjangkaunya. Karena itu, tudingan ada main harga, cenderung tendensius.
"Bila marginnya dikatakan tidak masuk akal, bisa jadi Pemerintah mensubsidi PCR ini hingga harga terjun bebas," kata Emrus.
Kemenkes dan BPKP, diminta lebih terbuka lagi soal harga PCR ini, agar tidak ada isu liar yang bisa mengganggu kerja presiden dan para menterinya dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi bangsa.
"Saran saya baiknya dua lembaga (Kemenkes dan BPKP) terbuka yah, soal pembelian bahan baku hingga harga bisa turun beberapa kali itu. Kita kan tidak tau, jangan-jangan Pemerintah yang subsidi maka harus kita syukuri, dan tidak ada bisnis di situ karena disubsidi tersebut," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengamat: Kritik Relawan Tanpa Data Bisa Merugikan Publik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News