kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengamat dukung ekstensifikasi cukai untuk kendalikan konsumsi


Senin, 24 Februari 2020 / 13:35 WIB
Pengamat dukung ekstensifikasi cukai untuk kendalikan konsumsi
ILUSTRASI. Karyawan melintas di depan lemari pendingin minuman kemasan di salah satu gerai Alfamart di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (20/2/2020). Pengamat dukung ekstensifikasi cukai untuk kendalikan konsumsi. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/ama.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berencana mengenakan cukai terhadap minuman ringan hingga emisi kendaraan bermotor. Rencana pemerintah disampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (19/02).

Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), Candra Fajri Ananda mengapresiasi rencana Sri Mulyani terkait ekstensifikasi cukai. Menurut Candra, sebenarnya cukai dikenakan pada suatu barang atau jasa dikarenakan jika barang tersebut dikonsumsi menimbulkan eksternalitas (sebagian besar negatif).

Baca Juga: Bea Cukai fasilitasi pelaku industri untuk tingkatkan ekspor melalui Kawasan Berikat

"Sehingga kemudian dikenakan cukai lebih pada pengendalian konsumsi/penggunaannya," kata Candra dalam keterangannya, Senin (24/2).

Candra bilang, plastik seperti yang kita ketahui termasuk minuman berpemanis, serta emisi kendaraan, adalah barang-barang jika dikonsumsi menimbulkan efek negatif baik bagi manusia maupun lingkungan. 

Menurutnya, plastik merupakan barang yang di tanah tidak bisa diurai, jadi pasti akan merusak struktur tanah. Demikian pula minuman berpemanis dengan kandungan gula tertentu bisa menyebabkan diabetes maupun obesitas yang tentu tidak bagus bagi masa depan anak-anak muda dan bangsa.

Demikian juga dampak emisi pada lingkungan (udara bersih) yang mampu menghambat perkembangan otak anak-anak. "Dalam konteks inilah, pengendalian tersebut dianggap perlu dilakukan mengingat dampak-dampaknya bagi kesehatan dan lingkungan," tegas Candra.

Baca Juga: Ini langkah Bea Cukai berantas rokok ilegal di daerah

Candra menegaskan, seharusnya cukai lebih diutamakan pada pengendalian konsumsinya, bukan pada penerimaan negara dari cukainya. "Sehingga, bisa dikatakan pemerintah melihat sudah saatnya barang-barang tersebut sudah harus dikendalikan konsumsinya," katanya. 

Sementara itu, direktur eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), Yustinus Prastowo mengatakan, pihaknya menyetujui penerapan ekstensifikasi cukai, yang penting terukur.

Yustinus mencontohkan, pengenaan cukai plastik kantong, bagaimana desain kebijakan supaya mendorong penurunan konsumsi dan perubahan perilaku. "Faktanya plastik masih paling efisien, affordable, dan efisien administrasinya," terang dia.

Terkait rencana pengenaan cukai minuman, pihaknya mewanti-wanti agar pemerintah perlu hati-hati. Pasalnya, harus ada batasan minuman apa saja yang perlu dikecualikan.

Baca Juga: Ada cukai plastik kresek, Panca Budi (PBID) andalkan plastik food grade

Yustinus menegaskan, tidak semua yang berpemanis bisa dikelompokkan dalam satu keranjang. Misalnya, ambang batas pemanis yang diperbolehkan berapa? yang di bawah itu tentu aman sehingga seharusnya tak dikenakan.

"Lalu minuman seperti jamu, minuman kesehatan, susu, itu semua harus jelas ambang batasnya," tukas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×