kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Bisa saja Megawati, bisa juga Jokowi


Senin, 03 Maret 2014 / 20:54 WIB
Pengamat: Bisa saja Megawati, bisa juga Jokowi
ILUSTRASI. Kegiatan usaha pada kuartal IV-2022 diperkirakan kembali melambat.. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Direktur Eksekutif Pol Tracking Institute Hanta Yudha menilai, terdapat dua faksi di dalam kubu PDI-P saat ini. Hal tersebut diyakininya menjadi penyebab PDI-P belum menentukan calon presiden.

"Bisa dibilang ada dua faksi, mereka yang ingin Megawati maju sebagai capres dan mereka yang ingin Jokowi maju sebagai capres," kata Hanta saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/3/2014) malam.

Ia menengarai ada dinamika dalam tubuh partai berlambang banteng tersebut sehingga hingga kini belum ada nama calon presiden (capres) dari partai tersebut. Menurutnya, faksi itu bukan hanya terjadi sekali ini. Hanta menyebutkan, telah terjadi dinamika politik antara dua faksi ini sejak pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dimulai.

"Contohnya saja, ada faksi yang ingin masuk pemerintahan Demokrat. Ada juga yang ingin tetap di luar pemerintahan. Soal pencalonan Gubernur DKI dulu juga terjadi seperti itu," kata Hanta.

Terkait pencapresan, Hanta menilai bahwa hingga saat ini belum ada titik temu antara dua faksi itu. Oleh karenanya, semua kemungkinan masih bisa terjadi. "Bisa saja nanti Megawati yang maju, bisa juga Jokowi," ujarnya.

Hanta berpendapat bahwa keputusan PDI-P yang menjadikan Jokowi sebagai juru kampanye tidak bisa dijadikan sebagai indikasi bahwa Jokowi akan dicapreskan. Hanta menilai, keputusan itu hanya sebatas mendulang suara. Menurut dia, hal itu menandakan Jokowi memiliki potensi positif untuk mendongkrak elektabilitas partai karena sentimen publik terhadap Gubernur DKI Jakarta itu cukup kuat. (Ihsanuddin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×