Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Tujuannya agar yield yang didapatkan pemerintah saat penerbitan merupakan yang terbaik, serta suku bunga pada posisi yang cukup rendah untuk menekan pembiayaan bunga utang.
“Jadi oportunis artinya kita lihat seluruh aspek, misalnya timing likuiditas yang lebih banyak di semester pertama. Tapi juga menyesuaikan dengan kebutuhan pemerintah yang setiap bulan kita perhitungkan berapa pembiayaan anggaran dan berapa pembiayaan jatuh tempo,” terang Suahasil.
Baca Juga: Realisasi belanja pemerintah pusat hingga Oktober baru 68% dari pagu
Selain menambah pundi-pundi pembiayaan anggaran melalui lelang SBN, Direktur Jenderal Anggaran Askolani mengatakan, pemerintah sejatinya juga masih memiliki Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA). Sampai akhir Oktober, posisi SILPA sebesar Rp 84,3 triliun.
Asko mengatakan, jika realisasi defisit APBN mendekati akhir tahun diproyeksi menyentuh 2,2% dari PDB, dana SILPA tersebut akan terpakai sehingga tidak akan bersisa.
“Ya ancang-ancang kalau defisit sekitar 2,2%. Kita masih pantau APBN bulan ini dan bulan depan. Kalau defisit 2,2%, arahnya SILPA akan nol di akhir tahun,” tandas Askolani.
Baca Juga: Sri Mulyani telah cairkan dana desa Rp 52 triliun hingga Oktober 2019
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News