Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID -Â JAKARTA. Realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) membengkak. Hingga November 2019, realisasi penerbitan SBN sudah mencapai Rp 457,67 triliun.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad, dengan melihat kondisi perekonomian yang sekarang, langkah ini dilakukan karena penerbitah SBN merupakan pilihan utama untuk membiayai fiskal.
Baca Juga: Tutupi defisit APBN, realisasi penerbitan SBN capai Rp 457 triliun
"Apalagi dengan kondisi shortfall pajak kita yang bisa lebih dari Rp 140 triliun," kata Tauhid pada Kamis (26/11) di Jakarta.
Sejalan dengan membengkaknya realisasi penerbitan SBN, pemerintah juga memproyeksi akan ada pelebaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari 1,84% dari PDB menjadi dalam kisaran 2% - 2,2% dari PDB.
Baca Juga: Penerbitan SBN membengkak jadi Rp 457,67 triliun, begini komentar Kemenkeu
Tauhid menilai bahwa ini adalah masalah baru dan sebuah langkah yang tidak efektif karena ternyata dengan realisasi yang semakin membengkak, tetapi belanja pemerintah tidak sesuai dengan harapan.
Bahkan, menurutnya pemerintah malah melakukan belanja yang tidak produktif dan tidak mendorong perekonomian. "Ngapain kita capek-capek utang tapi ternyata tidak memberi dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi," tambah Tauhid.
Baca Juga: Tahun 2020, investasi asuransi jiwa diramal tumbuh 7%
Tauhid juga menilai bahwa saat ini tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah terkait defisit anggaran. Bahkan, yang mengkhawatirkan, defisit anggaran diramal akan tetap terjadi pada 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News