kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendongkrak 2011 masih konsumsi rumah tangga


Senin, 06 Februari 2012 / 08:50 WIB
Pendongkrak 2011 masih konsumsi rumah tangga
ILUSTRASI. Karyawan membuka?aplikasi iPropose usai peluncuran produk unitlink GenSmart dan aplikasi iPropose di Jakarta, Rabu (21/10). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Herlina KD, Narita Indrastiti, Syamsul Ashar | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemerintah harus berterima kasih kepada masyarakat karena sifat konsumtif rakyat Indonesia tetap menjadi penggerak utama roda ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi dari konsumsi masyarakat ini tentu sangat rentan, apalagi jika daya beli masyarakat turun.

Secara umum, berdasarkan hitungan Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, bilang sektor usaha yang ada di dalam negeri memberikan dorongan kuat bagi pertumbuhan ekonomi 2011. Misalnya sektor industri pengolahan atawa manufaktur yang naik 6,5%, lalu listrik dan air minum meningkat 7,5%, konstruksi naik 8,5%, Perdagangan hotel restoran naik 10% transportasi 5%, keuangan naik 6,5% dan jasa lainnya naik 4,5%.

Pendapat senada juga diungkapkan Purbaya Yudhi Sadewa, Ekonom Danareksa Reserach Institute. "Konsumsi masyarakat masih tumbuh sekitar 5% tahun lalu," katanya Ahad (5/2).

Leslie Tang, ekonom OSK-DMG Group di Singapura juga berpendapat sama. Seperti dikutip kantor berita Bloomberg pekan lalu ia berpendapat, karena penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar berasal dari konsumsi masyarakat, maka pemerintah Indonesia harus berupaya mempertahankan daya beli masyarakat tersebut.

Antara lain dengan cara mendongkrak penghasilan mereka, misalnya dengan melanjutkan proyek-proyek infrastruktur. Ia berpandangan, untuk mendongkrak konsumsi masyarakat, saat ini bank sentral belum perlu memangkas suku bunganya lagi. "Kecuali kalau kondisi eksternal memburuk secara signifikan," ungkapnya pekan lalu.

Pemangkasan bunga acuan BI Rate sebesar 50 basis poin pada triwulan terakhir 2011 lalu memang secara tidak langsung bisa mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat. Tapi sayangnya perbankan tidak merespon kebijakan BI ini dengan positif. Mereka masih enggan memangkas bunga kredit agar masyarakat lebih banyak menggunakan jasa bank untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya.

Belum mengoreksi target 2012

Menteri Keuangan Agus Martowardojo optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 bisa mencapai 6,5% meski dari kinerja ekspor dalam lima bulan terakhir tahun lalu mulai menurun. "Itu menunjukkan kualitas pertumbuhan ekonomi kita di kuartal IV tahun 2011 belum terkena dampak langsung krisis ekonomi global," jelasnya Agus beberapa waktu lalu.

Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono melihat, tahun lalu pemerintah berupaya memforsir belanja agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. "Tapi itu hanya bisa dilakukan pada triwulan IV saja," katanya.

Nah, untuk tahun 2012, Agus mengakui kondisi ekonomi global belum juga menunjukkan perbaikan. Ini membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus dikoreksi dan bisa berimbas pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Tapi, pemerintah belum berencana merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 6,7%. "Tentu harus menyelesaikan hambatan infrastruktur, birokrasi, dan korupsi," katanya.

Pemerintah masih berupaya mempercepat belanja agar tidak terkumpul di penghujung tahun. Yakni dengan meminta semua instansi membuat perencanaan belanja tiap triwulan, agar belanja terencana dengan baik. Tapi upaya ini belum bisa mendatangkan hasil optimal.

Pemerintah juga berupaya mendorong eksportir kita untuk mencari pasar lain di luar negara-negara yang sedang terkena krisis global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×