kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pendidikan di Indonesia tidak sesuai dengan kebutuhan pasar


Senin, 21 Mei 2018 / 12:24 WIB
Pendidikan di Indonesia tidak sesuai dengan kebutuhan pasar
ILUSTRASI. Bursa Kerja


Reporter: Indra Pangestu Wardana Setiawan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendidikan di Indonesia masih belum menyesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Ketidakcocokan antara pendidikan dan pekerjaan ini berdampak pada kepuasan kerja dan nilai upah yang didapatkan tidak sesuai.

Wakil Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia I Dewa Gede mengatakan, ketidak cocokan antara pekerjaan dan pendidikan (Mismatch) disebabkan tenaga kerja berdasarkan pendidikan yang tidak sesuai dengan permintaan pasar.

Lembaga pendidikan banyak menghasilkan lulusan akan tetapi tidak disesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. 

“Jadi satu sisi bagus nih pendidikan kita kan naik terus yah. Tapi ternyata pendidikan yang semakin meningkat itu tidak dibarengi dengan penyerapan tenaga kerja di sektor yang dibidangi tersebut, “ kata I Dewa Gede, Senin (21/5).

Ia menambahkan bahwa Vertical Mismatch dan Horizontal Mismatch itu menyebabkan perbedaan tingkat upah yang signifikan dengan pekerjaan mereka yang sesuai dengan bidangnya atau match. 

Kalau mengalami ketidakcocokan pekerjaan terutama umur mereka sudah di atas 35-40 tahun itu rata-rata upah yang mereka terima akan lebih rendah jika dibanding mereka yang sesuai dengan pendidikannya.

Menurutnya untuk mengurangi tingkat mismatch yang tinggi, ada beberapa poin yang paling penting dilakukan dari sektor pendidikan yaitu menyediakan pelatihan seperti sertifikasi terutama untuk pekerja-pekerja yang mengalami mismatch.

Selain itu ia menyarankan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti), perlu meng-update kurikulum pendidikan agar dapat menyesuaikan dengan situasi pasar tenaga kerja saat ini dengan pasar tenaga kerja masa depan.

“Kita coba menjembatani pendidikan itu lewat apa, lewat pelatihan training-training, sertifikasi. Kemudian juga akses ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, terutama di sektor-sektor khusus yang relevan dengan sektor perekonomian seperti industry, berarti kita perlu banyak enggenering, teknisi-teknisi baru seperti itu.” Ungkapnya.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2015 yang diolah oleh lembaga Demografis Universitas Indonesia, Secara skala vertikal mismatch seperti kesesuaian tingkatan pendidikan memiliki ketidakcocokan sekitar 53,33%.

Sedangkan pada skala bidang horizontal mismatch seperti kesesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan, memiliki ketidakcocokan sekitar 60,52%. Hasil tersebut berdasarkan survei dari 12.396.429 sample yang bekerja usia 18-64 tahun dengan pendidikan Diploma I ke atas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×