kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Mismatch antara pendidikan dan pekerjaan tiga sektor ini jadi penyumbang pengangguran


Senin, 21 Mei 2018 / 11:22 WIB
Mismatch antara pendidikan dan pekerjaan tiga sektor ini jadi penyumbang pengangguran
ILUSTRASI. Bursa Kerja di Balai Kartini


Reporter: Indra Pangestu Wardana Setiawan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakcocokan antara pendidikan dan pekerjaan (mismatch) menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Persentase mismatch di Indonesia nilainya cukup tinggi. Hal ini menjadi fenomena sosial yang harus segera diselesaikan pemerintah dan instansi pendidikan.

Pendidikan dan pekerjaan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan. Pendidikan mencetak masyarakat agar dapat bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Akan tetapi saat ini masyarakat di Indonesia kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.

Di balik tingkat persaingan yang tinggi, ketidakcocokannya antara pendidikan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan (mismatch) menjadi salah satu perhatian. Pasalnya tingkat mismatch di Indonesia cukup tinggi.

Mengutip Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2015 yang diolah oleh lembaga Demografis Universitas Indonesia, Senin (21/5) secara skala vertikal mismatch seperti kesesuaian tingkatan pendidikan memiliki ketidakcocokan sekitar 53,33%.

Sedangkan pada skala bidang horizontal mismatch seperti kesesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan, memiliki ketidakcocokan sekitar 60,52%. Hasil tersebut berdasarkan survei dari 12.396.429 sample yang bekerja usia 18-64 tahun dengan pendidikan Diploma I ke atas.

Dalam data tersebut dijelaskan bahwa mismatch terbagi ke dalam dua bidang. Bidang Vertikal Mismatch dan Horizontal Mismatch. Vertical Mismatch merupakan ketidakcocokan antara pekerjaan dan pendidikan berdasarkan tingkatan pendidikan dan upah yang didapat.

Kemudian Horizontal Mismatch melihat ketidakcocokan antara pendidikan dan pekerjaan berdasarkan dari kesesuaian kemampuan pekerjaan dengan bidang pekerjaan tersebut.

Sektor pertanian memiliki Vertical Mismatch hingga mencapai 96,86 %. Terdiri dari di bawah kualifikasi pendidikan 0,12%, sesuai kualifikasi pendidikan 3,04%, di atas kualifikasi pendidikan, 96,74%. 

Sedangkan Horizontal Mismatch bidang studi yang dibutuhkan untuk bekerja berbeda dengan latar belakang pendidikan pekerjaan, 58,63 %. Pekerjaan dapat diisi oleh pendidikan bidang studi apa pun 25,62%, bidang pekerjaan yang dibutuhkan sama dengan latar belakang pendidikan pekerjaan 15,75%, sehingga total Horizontal Mismatch nya hingga 84,25%.

Di Sektor Manufaktur, vertical mismatch mencapai 71,56 %. Terdiri dari dibawah kualifikasi pendidikan 1,37 %, sesuai kualifikasi pendidikan 28,43 %, diatas kualifikasi pendidikan, 70,19%.  Sedangkan Horizontal mismatch bidang studi yang dibutuhkan untuk bekerja berbeda dengan latar belakang pendidikan pekerjaan, 34,68 %.

Pekerjaan dapat diisi oleh pendidikan bidang studi apapun 32,98 %, bidang pekerjaan yang dibutuhkan sama dengan latar belakang  pendidikan pekerjaan 32,34%, sehingga total Horizontal Mismatch nya hingga 67,66 %.

Di sektor Jasa vertical mismatch mencapai 49,46 %. Terdiri dari di bawah kualifikasi pendidikan 6,34%, sesuai kualifikasi pendidikan 50,54 %, di atas kualifikasi pendidikan, 43,12 %.  Sedangkan Horizontal Mismatch bidang studi yang dibutuhkan untuk bekerja berbeda dengan latar belakang pendidikan pekerjaan 18,69 %.

Pekerjaan dapat diisi oleh pendidikan bidang studi apapun 40,21 %, bidang pekerjaan yang dibutuhkan sama dengan latar belakang pendidikan pekerjaan 41,11 %, sehingga total Horizontal Mismatch-nya hingga 58,90 %.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×