kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pendapatan negara di paruh pertama 2019 hanya tumbuh 7,8%


Selasa, 16 Juli 2019 / 19:16 WIB
Pendapatan negara di paruh pertama 2019 hanya tumbuh 7,8%


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Realisasi penerimaan pendapatan negara dan hibah sepanjang semester I-2019 secara keseluruhan sebesar Rp 898,8 triliun. Capaian tersebut setara 41,5% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar Rp 2.165,1 triliun.

Namun pertumbuhan penerimaan negara hanya 7,8% atau lebih rendah dari pertumbuhan semester I-2018 yang sebesar 16%.

Baca Juga: Semester I 2019, defisit anggaran mencapai Rp 135,8 triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam laporannya kepada Badan Anggaran DPR RI, Selasa (16/6), menjelaskan penerimaan perpajakan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional mencapai Rp 688,9 triliun atau 38,6% dari target APBN.

Penerimaan perpajakan sepanjang semester pertama tersebut tumbuh 5,4% secara tahunan (yoy), atau lebih rendah daripada pertumbuhan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 14,3%.

Baca Juga: Perbankan atur strategi himpun pendapatan komisi

Pertumbuhan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di semester pertama juga melambat yaitu 18,2% yoy, dibandingkan 21% di tahun lalu. PNBP tercatat sebesar Rp 209,1 triliun atau 55,3% dari target APBN 2019.

“Penurunan PNBP disebabkan oleh realisasi harga minyak dan lifting migas. Harga batubara rata-rata juga lebih rendah daripada tahun lalu,” kata Sri Mulyani.

Sementara penerimaan hibah tercatat mencapai Rp 700 miliar, lebih sedikit dibandingkan pendapatan hibah periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 3,1 triliun.

Baca Juga: Penerimaan pajak seret di paruh pertama 2019, ini saran ekonom Indef

Sri Mulyani tak menampik, penerimaan negara mengalami tekanan sepanjang paruh pertama tahun ini. Eskalasi perang dagang, perlambatan ekonomi global, dan ketidakpastian perekonomian negara-negara di dunia menjadi faktor eksternal yang memengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri.

Tambah lagi, harga komoditas mengalami pelemahan dan kinerja perdagangan internasional Indonesia mengalami tekanan.

Baca Juga: Peringati hari pajak 2019, Sri Mulyani fokus pada lima aspek reformasi perpajakan

“Ketidakpastian global dan kondisi ekonomi sampai dengan semester satu terus akan menghantui kita. Namun kinerja perekonomian kita tetap terjaga positif dan diproyeksikan berlanjut sampai akhir 2019,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×