kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,91   -7,46   -0.75%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pencegahan kebakaran hutan dan lahan perlu ketegasan pihak berwenang


Senin, 25 Februari 2019 / 22:01 WIB
Pencegahan kebakaran hutan dan lahan perlu ketegasan pihak berwenang


Reporter: Markus Sumartomdjon | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski masih di periode musim hujan, kebakaran hutan masih saja terjadi. Seperti kebakaran hutan dan lahan, termasuk juga lahan gambut, di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau yang kondisinya semakin parah. Efeknya pun bisa ditebak, terjadi kabut asap yang mengganggu lingkungan sekitar yang membuat sejumlah sekolah di sekitar lokasi diliburkan.

Menurut Zenzi Suhadi, Kepala Departemen Advokasi Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi), kebakaran hutan masih akan terus berulang karena pemulihan kerusakan hutan belum signifikan terjadi. "Selain itu, proses merusak juga masih berlanjut," katanya, Senin (25/2).

Walhi sendiri sejatinya sudah memberi peringatan ke pihak terkait soal bencana kebakaran hutan tersebut karena adanya fenomena elnino yang membuat kondisi cuaca bisa berubah secara drastis. Dan gejala kebakaran hutan sudah mulai terdeteksi di awal Februari ini.

Untuk itu ia berharap pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus tegas dalam menegakan hukum, terutama terhadap para pembakar lahan, terlebih lahan gambut. Meski ia akui, di era Presiden Joko Widodo, proses pemadaman api lebih serius dari sebelumnya.

Namun itu saja masih belum cukup. Perlu dicari akar penyebab kebakaran lahan. "Karena kerusakan lahan yang terjadi belum direstorasi," katanya.

Selain penegakan hukum, ada lagi review perizinan, pengembalian hak rakyat dan restorasi ekosistem. Sejatinya restorasi sudah berjalan oleh Badan Restorasi Gambut, namunĀ  proses pemulihan sebatas di luar konsesi perusahaan.

Bambang Hero Saharjo, Guru Besar Institut Pertanian Bogor mengatakan upaya pemerintah merestorasi gambut sudah berjalan. Kalau dibanding tahun 2015, jumlah titik panas dan kebakaran lahan gambut sudah berkurang lebih dari 80%. Memang di sana-sini masih terjadi kebakaran, karena restorasi belum menyeluruh. "Seperti memulihkan kesehatan, memerlukan waktu," katanya.

Maka ia harap semua pihak bisa mengawasi supaya tidak ada lagi perusakan termasuk pembakaran ekosistem gambut secara sengaja dan masif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×