kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penasaran misteri dentumen keras akhir pekan lalu? Ini penjelasan vulkanolog ITB


Minggu, 12 April 2020 / 20:16 WIB
Penasaran misteri dentumen keras akhir pekan lalu? Ini penjelasan vulkanolog ITB
ILUSTRASI. Erupsi Gunung Anak Krakatau


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Penasaran dengan ‘misteri’ asal usul dentuman keras yang terdengar  warga DKI Jakarta, Bogor hingga Depok akhir pekan lalu. (11/4)

Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Eng Mirzam Abdurrachman, ST MT memberikan penjelasan  atas suara dentuman tersebut. Lewat rilis yang diterima kontan.co.di, Minggu (12/4), Mirzam mencoba menjelaskan misteri asal usul suara dentuman itu.

“Suara dentuman bisa terjadi salah satunya karena aktivitas magma dari suatu gunung api akibat perpindahan magma secara tiba-tiba dari dapur magma ke lokasi yang lebih dangkal,” ujar dia. Efeknya,  kata Mirzam, terjadinya kekosongan dan ambruknya dapur magma dalam sehingga menghasilkan dentuman dan getaran di daerah sekitarnya.

Meurut penjelasan vulkanolog asal ITB itu, fenomena ini acap disebut underground explosion.  Undergroud explotion ini bisa atau tidak selalu diikuti erupsi gunung api. "Ini masih perlu mendapat dikaji dengan data kegempaan serta perubahan temperatur dan pelepasan gas dari gunung-gunung di sekitar Jabodetabek juga Gunung Anak Krakatau," ujarnya dalam siaran pers Humas ITB, Minggu (12/4).

Hipotesis tersebut, menurut dia, berdasarkan peristiwa serupa yang terjadi di tiga gunung api di tiga negara, yakni  Gunung Api Miyakejima Jepang (tahun 2000), Gunung Piton de La Fournaise Pulau Reunion (2007), dan gunung di Kepulauan Mayotte Prancis (2018).

Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB ini memastikan bahwa dugaan dirinya itu masih perlu dikaji dan dibuktikan, utamanya kaitannya hubungan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat lalu.

Berlokasi di Selat Sunda Provinsi Lampung, Gunung Anak Krakatau berada di antara Pulau Panjang, Sertung, dan Pulau Rakata. “Letusan Gunung Anak Krakatau termasuk tipe 'strombolian' dan 'vulkanian' yang memiliki energi letusan tergolong rendah hingga sedang,” ujar dia.

Berdasarkan data Volcanic Explosivity Index (VEI), Gunung Anak Krakatau memiliki nilai VEI 2-3, yang artinya tergolong rendah hingga sedang.

Menurut Mirzamm Gunung Anak Krakatau baru muncul ke permukaan sejak tahun 1927. Sejak tahun tersebut, Gunung Anak Krakatau tumbuh besar.

Gunung Anak Krakatau adalah sisa sejarah panjang letusan Krakatau Purba yang berlangsung sejak abad ke-5, hingga letusan pada tahun 1883 yang hanya menyisakan Rakata, Panjang, dan Sertung.

Hampir setiap tahun, Gunung Anak Krakatau memperlihatkan aktivitas vulkanisme. Pola letusannya pun kini tercatat semakin teratur sejak tahun 2008 lalu.

Letusan eksplosif dan efusi tersebut datang silih berganti setiap dua tahun sekali dan membentuk pola. Sampai saat ini, “Tingkat aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau masih tetap pada level II,” ujar Dr Mirzam.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×