kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,63   6,03   0.67%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah terus tahan penurunan harga BBM


Selasa, 11 Agustus 2015 / 06:19 WIB
Pemerintah terus tahan penurunan harga BBM


Reporter: Margareta Engge Kharismawati, Pratama Guitarra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah berjanji akan menghitung efek penurunan harga minyak mentah dunia yang terjadi akhir-akhir ini dalam satu bulan mendatang. Namun sepertinya, harga bahan bakar minyak (BBM) masih akan tetap tinggi lantaran rupiah terus melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Askolani mengatakan, dari kaji ulang yang dilakukan Kemkeu akhir Juli lalu, harga keekonomian BBM pada Agustus 2015 masih berada pada level yang tidak jauh berbeda dengan harga sekarang, yaitu Rp 7.400 per liter untuk jenis premium.

Meski begitu, Askolasi mengakui harga minyak dunia sudah turun signifikan pada Agustus ini. Tapi dampaknya terhadap harga BBM di dalam negeri belum dirasakan pada Agustus ini, bahkan di bulan depan. Pasalnya, penentuan harga BBM Agustus telah dilakukan pada Juli 2015. Penghitungannya pun dilakukan secara penuh selama satu bulan. "Kalau memang harga turun bulan ini, akan kami lihat di bulan depan," ujarnya, Senin (10/8).

Makanya, kata dia, harga BBM jenis premium akan tidak akan berubah pada bulan ini, kecuali Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki kebijakan sendiri. Rupiah jadi alasan Barga minyak dunia belakangan masih dalam tren turun, bahkan menyentuh level US$ 43 per barel.

Mengutip data Bloomberg Senin (10/8) kemarin, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2015 di bursa New York Merchantile Exchange berada di level US$ 43,92 per barel. Pemerintah beralasan, komponen harga BBM di dalam negeri tidak hanya harga minyak mentah, tetapi juga nilai tukar rupiah.

Saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS anjlok dan Pertamina masih merugi. Alasan lain adalah nilai Mean of Platts of Singapore (MOPS), patokan pemerintah dalam menentukan harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP). "MOPS ini kita gunakan untuk menghitung harga bulanan," kata Askolani.

Kementerian ESDM telah mengumumkan ICP pada Juni 2015 US$ 59,4 per barel, turun US$ 2,46 per barel dari bulan Mei yang sebesar US$ 61,86 per barel. Namun begitu harga BBM tak diturunkan juga.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, melihat dari kacamata sederhana, seharusnya dengan anjloknya harga minyak dunia, harga BBM juga diturunkan. Namun, pemerintah tidak mau menurunkan hingga PT Pertamina menutup kerugiannya.

Pertamina mengaku merugi US$ 1 miliar atau Rp 12 triliun lantaran pemerintah tidak menaikkan harga BBM di kuartal saat harga BBM sedikit naik. Namun kebijakan ini dinilai tidak adil, karena masyarakat harus menanggung kerugian Pertamina. "Pemerintah harus konsisten. Apabila tidak ingin menurunkan harga BBM, jangan melepas subsidi BBM ke pasar seperti sekarang," kritik Komaidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×