kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah tengah cari jalan evakuasi WNI di Yaman


Senin, 30 Maret 2015 / 13:23 WIB
Pemerintah tengah cari jalan evakuasi WNI di Yaman
ILUSTRASI. PT Bank MNC Internasional Tbk (MNC Bank atau BABP) yang merupakan anak usaha dari PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP).


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa warga negara Indonesia yang berada di Yaman akan dipulangkan ke Tanah Air jika kondisi di sana semakin berbahaya menyusul serangan militer Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya ke Yaman.

"Ya, akan dipulangkan kalau berbahaya," kata Kalla di Depok, Senin (30/3).

Menurut dia, Kedutaan Besar RI di Yaman telah melakukan sejumlah langkah dalam mengantisipasi kondisi tersebut. Kedutaan, lanjut Kalla, tinggal memikirkan cara menerbangkan WNI meninggalkan Yaman.

"Kedutaan kita tinggal memikirkan cara untuk menerbangkan mereka ke negara lain," ucap Kalla.

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan rencana proses evakuasi bagi WNI di Yaman. TNI siap kapan pun diminta melakukan evakuasi.

Pesawat-pesawat tempur koalisi yang dipimpin Arab Saudi terus menyerang pemberontak syiah Huthi, Jumat (27/3), untuk mendukung Presiden Yaman. Sementara itu, Iran memperingatkan bahwa intervensi tersebut "berbahaya".

Stasiun televisi Al-Arabiya melaporkan, militer Saudi menggunakan sedikitnya 100 pesawat tempur. Operasi itu juga disokong Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Qatar, Yordania, Maroko, dan Sudan. Adapun Mesir, Yordania, Sudan, dan Pakistan bersiap melancarkan serangan darat.

Dari sisi logistik dan intelijen, Amerika Serikat telah mengerahkan bantuan. Ledakan keras mengguncang Kota Sanaa segera setelah pemimpin pemberontak Abdulmalik al-Huthi mengecam intervensi tersebut sebagai "tidak dibenarkan" dan menyerukan kepada para pendukungnya untuk menghadapi "agresi" itu. (Icha Rastika)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×