Reporter: Anna Suci Perwitasari, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga sejumlah bahan pangan yang masih tinggi pasca Lebaran membuat pemerintah pesimistis angka inflasi sepanjang Agustus 2013 bisa di bawah 1%. Tengok saja, harga daging sapi di sejumlah daerah masih di atas Rp 100.000 per kilogram (kg). Bahkan, harga cabai rawit merah "sangat pedas", menembus Rp 90.000 per kg.
Melihat fakta tersebut, Chatib Basri, Menteri Keuangan, memperkirakan, inflasi selama bulan ini bakal berlari lebih dari 1%. "Baru di September akan di bawah 1%," katanya, akhir pekan lalu.
Menurut Chatib, harga sejumlah bahan pangan masih tinggi karena bahan pangan impor belum semuanya terdistribusi dengan baik. Sebab, bahan pangan impor yang masuk melalui pelabuhan membutuhkan waktu untuk bongkar muat. Terlebih, di awal Agustus ada Lebaran yang otomatis mendongkrak harga bahan pangan.
Sekadar mengingatkan, kenaikan harga sejumlah bahan pangan yang gila-gilaan bulan lalu membuat inflasi terbang tinggi. Sektor bahan pangan menyumbang inflasi sebesar 0,9% dari total inflasi bulan lalu yang mencapai 3,29%. Harga bahan pangan yang tinggi pada Juli kemarin tak lepas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan bulan puasa.
Walau harga sejumlah bahan pangan masih tinggi, Bank Indonesia (BI) tetap optimistis inflasi Agustus di bawah 1%, persisnya di kisaran 0,9%. Agus Martowardojo, Gubernur BI, beralasan, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi sudah berkurang.
Agus memproyeksikan, inflasi sudah kembali stabil pada September nanti. "Kami melihat upaya dari pemerintah pusat dan daerah menjaga stok bahan pangan. Inflasi dapat terkendali sehingga September dapat kembali normal," ujar Agus.
Dengan angka inflasi yang masih akan tinggi Agustus ini, Chatib tidak yakin target inflasi tahun ini sebesar 7,2% bisa tercapai. Itu sebabnya, pemerintah akan menjaga inflasi 2013 ada di kisaran 8%. "Kalau di sekitar 7,2% sudah berat karena inflasi Juli saja, kan, overshoot," kata dia.
Badan Pusat Statistik mencatat, laju inflasi tahun kalender (Januari−Juli) 2013 sebesar 6,75%, sementara inflasi year on year (Juli 2013 terhadap Juli 2012) 8,61%.
Insentif fiskal
Inflasi yang tinggi di paro pertama tahun ini berefek pada pertumbuhan ekonomi. Data BPS menyebutkan, sepanjang enam bulan pertama tahun ini, ekonomi kita hanya tumbuh 5,9%. Angka ini di bawah perkiraan pemerintah yang sebesar 6%−6,1%.
Untuk itu, pemerintah tengah mengkaji pemberian insentif fiskal guna mempertahankan konsumsi masyarakat demi mendorong pertumbuhan ekonomi.
Contohnya, penangguhan pembayaran pajak, diskon pajak, dan kenaikan pajak tidak kena pajak (PTKP). "Insentif seperti ini pernah dilakukan tahun 2008 lalu," ungkap Chatib.
Syarat untuk mendapat penangguhan pembayaran dan potongan pajak antara lain perusahaan padat karya dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan mereka.
Maklum, untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi tahun ini, pemerintah masih berharap banyak kepada konsumsi rumahtangga dan pemerintah. Guna mendorong penyerapan anggaran belanja, pemerintah akan membuka blokir anggaran kementerian dan lembaga. Targetnya, akhir tahun nanti anggaran belanja kementerian dan lembaga yang masih diblokir tinggal Rp 1,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News