kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Target pertumbuhan ekonomi sulit tercapai


Jumat, 02 Agustus 2013 / 18:17 WIB
Target pertumbuhan ekonomi sulit tercapai
ILUSTRASI. Sentimen eksternal akan menjadi penentu nasib rupiah pada perdagangan Jumat (11/3).


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Perputaran roda perekonomian Indonesia terus melambat. Jika tak ada perbaikan signifikan, target pertumbuhan pemerintah semakin sulit tercapai.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pertumbuhan tahunan ekonomi di kuartal II tahun 2013 berada di level 5,81%. Sementara, pertumbuhan ekonomi di semester pertama mencapai 5,9%.

Di kuartal II, nilai perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 2.210,1 triliun, sedangkan nilai PDB berdasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp 688,9 triliun. Kepala BPS Suryamin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di kuartal II didukung oleh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,06%, pengeluaran konsumsi pemerintah yang naik 2,13%, pembentukan modal tetap bruto yang tumbuh 4,67%, ekspor barang dan jasa tumbuh 4,78%, serta impor barang dan jasa yang tumbuh 10,03%.

Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistyaningsih menghitung, target pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mustahil bisa terkejar. Seperti halnya Lana, Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), A. Prasetyantoko menilai, pertumbbuhan yang realistis bisa dicapai pemerintah tahun 2013 adalah 5,8%. Prediksi ini sama dengan perkiraan pertumbuhan menurut Bank Indonesia (BI) yang berada di kisaran 5,8%-6,2%.

Tak cuma para pengamat, Menteri Keuangan Chatib Basri sendiri menilai, pemerintah akan sulit mengejar target pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 ini yang telah ditetapkan sebesar 6,3% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013. Menurutnya, perlambatan di sektor investasi dan konsumsi menjadi penyebab utama perlambatan ekonomi saat ini. Hal ini tidak terlepas dari inflasi yang meningkat sebagai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

Meski demikian, pemerintah tetap akan berupaya mengejar target tersebut. Catib juga tidak menurunkan target pertumbuhan. "Pemerintah akan berupaya mendorong peningkatan di sisi belanja pemerintah pusat," ujar Chatib di gedung Menteri Keuangan, Jakarta, Jumat (2/8). Hal itu merupakan satu-satunya langkah yang bisa dilakukan untuk mendorong pertumbuhan di kuartal ke tiga dan kuartal empat. Sebab, faktor lainnya, seperti investasi, konsumsi, dan ekspor-impor sulit digenjot secara signifikan.

Di sisi konsumsi misalnya, pengaruh kenaikan BBM akan tetap menekan daya beli masyarakat. Begitu pun nilai investasi. Chatib yang juga merangkap sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkirakan, investasi di kuartal ketiga dan keempat akan melambat.

Masalahnya, Lana menilai, jika hanya mengandalkan belanja pemerintah pusat, pemerintah akan sulit mengejar target pertumbuhan ekonomi 6,3%. Sebab, belajar dari pengalaman beberapa tahun terakhir, tingkat realisasi belanja pemerintah selalu tidak optimal.

Permasalahan birokrasi dalam pencairan anggaran dan kecenderungan menunda-nunda pelaksanaan anggaran di setiap Kementerian/Lembaga (K/L) selalu terjadi setiap tahunnya.  Kalaupun bisa direalisasikan di semester ke dua nanti, dampak penggunaan anggaran itu tidak bisa langsung dirasakan. Sebab, ada beberapa anggaran yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur yang bersifat carry over dan baru selesai tahun berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×