Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona terus bermutasi. Setelah varian delta yang merebak di sejumlah negara termasuk Indonesia, kini pemerintah juga mewaspadai varian MU. Sehingga, diupayakan tidak memperparah kondisi kesehatan, ekonomi, dan sosial masyarakat.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Amir Hidayat menyampaikan mutasi virus Covid-19 masih menjadi salah satu risiko terbesar dari pandemi. Jangkauan vaksinasi global yang masih belum merata dalam hal jangkauan dan kecepatan menjadi salah satu kendala yang membuat mutasi virus dapat terus terjadi.
Termasuk varian MU, tapi menurut WHO varian ini memang belum dikategorikan sebagai variant of concern (VOC) sebagaimana halnya Delta. Tetapi sudah dalam pengawasan WHO dengan status variant of interest (VOI). Pengawasan WHO atas varian ini karena sebarannya yang tergolong cepat, dan kini dilaporkan sudah ditemukan di 47 negara.
Meski masih berstatus VOI, WHO dan beberapa pakar sudah memberi peringatan akan potensi virus ini yang dapat lolos dari sistem kekebalan tubuh (immune escape), dengan catatan studi lebih lanjut diperlukan.
Menurut Amir, pakar atau epidemiolog memang sudah memperkirakan bahwa virus Covid-19 tidak bisa dieliminasi, biasanya virus ini memang akan terus bermutasi menjadi varian-varian baru. Tetapi kemampuan adaptif manusia dalam merespons membuat manusia memiliki level kekebalan tertentu untuk menghadapi virus ini. Jadi pandemi akan menjadi endemi.
“Jadi di dalam konsep hidup berdampingan dengan Covid-19, tujuan kita adalah tetap melindungi kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat, tetapi aktivitas sosial ekonomi juga tetap berjalan dengan penyesuaian dan protokol kesehatan,” kata Amir kepada Kontan.co.id, Minggu (12/9).
Setali tiga uang, Amir menyampaikan pemerintah tetap bersiaga menghadapi kondisi yang masih sangat dinamis ini. Pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi masih menjadi fokus utama pemerintah, di saat yang sama terus menjalankan agenda reformasi struktural dan fiskal.
Baca Juga: Transisi pandemi ke endemi, begini upaya Kemenkeu jaga perekonomian tahun depan
Anggaran Pendidikan dan Belanja Negara (APBN) 2021 tetap disiagakan dengan tetap fleksibel sebagai instrumen kebijakan untuk mengantisipasi dinamika yang mungkin terjadi. Pos-pos dalam APBN khususnya dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Program PEN diharapkan tetap mampu untuk menangani kesehatan termasuk untuk vaksinasi, untuk perlindungan sosial melindungi masyarakat miskin dan rentan terdampak, serta dukungan dunia usaha untuk mempercepat pemulihan ekonomi selalu dilakukan evaluasi secara berkala dan dilakukan asesmen forward-looking mengantisipasi dinamika perubahan yang terjadi.
Toh sampai dengan 20 Agustus 2021, realisasi anggaran PEN baru mencapai Rp 326,75 triliun, atau setara 45% dari total pagu Rp 744,77 triliun. Artinya anggaran PEN masih tersisa Rp 418,02 triliun sampai dengan akhir 2021.
Amir mengatakan, dana ini diharapkan cukup untuk menampik dampak mutasi virus. Hal ini juga mengingat perekonomian Indonesia mulai membaik sehingga APBN lebih kuat. Walaupun sempat mengalami pelambatan pemulihan ekonomi pada bulan Juli dan Agustus yang lalu karena eskalasi varian Delta, kini berbagai indikator perekonomian seperti penjualan ritel, konsumsi listrik, PMI manufaktur, indeks belanja (Bank Mandiri dan BCA) serta mobilitas telah mengalami peningkatan kembali.
“Berbagai peningkatan aktivitas ekonomi ini juga tercermin dari penerimaan perpajakan yang semakin membaik. Jadi dari sisi kapasitas APBN tidak ada kendala, bahkan kami berharap realisasi APBN sampai dengan akhir tahun akan lebih baik dari ekspektasi sebelumnya. Kita semua terus bekerja keras dan berdoa semoga kondisi penanganan kesehatan dan pemulihan perekonomian akan terus membaik,” ujar Amir.
Alhasil pemerintah optimistis, meskipun ada risiko varian MU, pertumbuhan ekonomi tahun ini ditargetkan tumbuh 3,7% sampai dengan 4,5% year on year (yoy). Optimisme tersebut terbangun sejalan dengan upaya percepatan vaksinasi.
Amir mencatat total vaksinasi Indonesia per 9 September sebanyak 110,68 juta dosis, atau berada di peringkat ke-6 dunia dalam hal total dosis yang sudah diberikan. Vaksinasi Indonesia sudah menjangkau sekitar 26,6% dari target 208 juta penduduk.
Di sisi lain, vaksinasi harian terus menunjukkan peningkatan, dan kini berada di kisaran 1,3 juta dosis. “Vaksinasi akan terus ditingkatkan bersama dengan penanganan wabah lainnya seperti 5M dan 3T,” ujar Amir.
Selanjutnya: Pandemi virus corona telah mengakibatkan pemburukan ekonomi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News