Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
Bhima mengingatkan, divergensi pertumbuhan sektoral ini perlu dicermati, karena efek terhadap pemulihan ekonomi menjadi lebih lambat dari perkiraan awal. Apalagi, kalau sektor yang tumbuh tinggi memiliki kontribusi yang terpantau kecil terhadap produk domestik bruto (PDB).
Meski prospeknya menggembirakan, sektor teknologi informasi ini hanya memberikan kontribusi sebesar 0,57% terhadap PDB di tahun 2020. Alias, masih lebih rendah dari industri manufaktur maupun perdagangan konvensional.
Selain itu, dengan model pertumbuhan K-shape ini membuat penyerapan tenaga kerja membuat penyerapan tenaga kerja menjadi kurang optimal.
Lebih lanjut, akibat adanya lonjakan kasus dan pembatasan aktivitas di awal paruh kedua tahun ini, Bhima memperkirakan pertumbuhan ekonomi di keseluruhan tahun 2021 akan berada jauh lebih rendah dari kisaran sasaran pemerintah.
Baca Juga: Inflasi masih rendah, BI diperkirakan akan menahan suku bunga acuan
Menurut hitungannya, pertumbuhan Indonesia 2021 akan berada di kisaran minus 0,5% hingga 2% di tahun 2021 dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Yaitu di antaranya, keputusan investasi menjadi ditunda atau delay, distribusi barang terganggu karena adanya penyekatan jalan, konsumsi rumah tangga melambat karena kelas menengah atas cenderung menyimpan, serta pelaku usaha khususnya mikro susah bertahan dengan turunnya omzet selama PPKM Darurat.
“Jadi, seluruh komponen PDB dari sisi pengeluaran akan terdampak. Pemerintah sepertinya akan melakukan revisi pertumbuhan ekonomi ke bawah lagi,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News