Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini kekeringan tengah melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Kondisi ini pun menganggu produksi beras di sentra-sentra produksi.
Pengamat Pertanian M.Husein Sawit mengatakan, saat ini sejumlah wilayah tengah menghadapi musim panen kedua. Dia bilang, kontribusi dari panen ini sebesar 30% terhadap total produksi.
"Memang tidak terlalu besar. Tetapi bila kekeringan ini berlangsung lama hingga November, itu sudah serius, Itu akan berdampak pada masa tanam yang dilakukan di musim hujan dan berdampak pada panen berikutnya," ujar Husein kepada Kontan.co.id, Minggu (5/8).
Reaksi dari hal ini adalah petani dan pedagang yang akhirnya menahan stok untuk dirinya sendiri. Husein berpendapat, petani dan pedagang pun hanya memiliki stok yang sangat kecil karena takut akan satgas pangan. Inilah yang mampu memicu naiknya harga beras.
Untuk mengatasi kurangnya stok, menurut Husein, pemerintah bisa merealisasikan impor beras sebesar 500.000 ton yang belum dilakukan. Tak hanya itu, Bulog pun memiliki stok beras sebesar 2,2 juta ton. Menurutnya, itu bisa digunakan untuk operasi pasar (OP). Dengan operasi pasar ini, maka ketersediaan pangan dan harga di masyarakat akan stabil.
Dia menambahkan, upaya terebut mungkin bisa efektif bila kekeringan ini tak berlangsung lama. Karena itu, pemerintah harus bersiap-siap bila kekeringan berlangsung dalam waktu yang lama. Bila hal tersebut terjadi, Menurutnya, impor juga tidak akan bisa dihindari, kecuali Bulog memiliki stok beras yang berlimpah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News