Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perubahan asumsi makro di rancangan APBN perubahan 2016 plus potensi penurunan penerimaan negara membuat defisit anggaran melebar. Yakni, dari yang ditetapkan semula sebesar 2,15% menjadi 2,5% dari produk domestik bruto.
Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan mengatakan, dengan pelebaran defisit 2,5% berakibat kebutuhan utang Indonesia bertambah. Ia memproyeksikan, kebutuhan utang akan mencapai Rp 40 triliun di RAPBN 2016.
Menurut dia, dari total kebutuhan itu, sebesar Rp 19 triliun akan diperoleh dari kelebihan kas tahun lalu. Dengan demikian, "Utang barunya untuk menutupi defisit anggaran sekitar Rp 21 triliun," kata Bambang, Kamis (7/4).
Selain mengandalkan utang baru, pemerintah juga akan berupaya melakukan efisiensi anggaran. Yakni, dengan memangkas belanja.
Rencananya, pemerintah akan menghemat belanja kementerian/lembaga sebesar Rp 50,6 triliun. Hal itu dilakukan dengan penghematan belanja perjalanan dinas, paket meeting, belanja jasa, serta moratorium pembangunan gedung baru.
Pemerintah juga akan memangkas belanja lain seperti belanja pemeliharaan maupun pengadaan peralatan kantor, belanja iklan, serta belanja modal non-infrastruktur semisal pengadaan mobil dinas. Serta, penundaan kegiatan prioritas yang tidak mendesak dan penghematan hasil lelang.
Di sisi lain, pemerintah juga akan menambah belanja Rp 5,2 triliun untuk keperluan mendesak. Seperti, anggaran terkait persiapan Asian Games, kegiatan penanggulangan dan pencegahan terrorisme, orbit satelit di Kementerian Pertahanan, serta rehabilitasi lembaga pemasyarakatan (lapas).
Bambang menjelaskan, dengan pemangkasan dan penambahan belanja tersebut, penghematan belanja di rancangan APBN perubahan totalnya sebesar Rp 45,5 triliun. Jadi, "Rencananya belanja kementerian/lembaga turun dari Rp 784 triliun menjadi kira-kira Rp 738 triliun," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News