Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana melakukan impor beras lagi dalam rangka memitigasi dampak el nino atau kemarau ekstrem.
Merespon hal ini, Ketua Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi Serikat Petani Indonesia (SPI) Qomarun Najmi menilai bahwa pelaksanaan impor beras kurang tepat lantaran produksi beras masih cukup.
Ia katakan kaitannya dengan El-Nino, petani sendiri telah melakukan mitigasi dengan percepatan tanam, alhasil beberapa daerah pada bulan Agustus dan September ini akan panen raya musim kedua.
Baca Juga: Pemerintah Buka Opsi Impor Beras Lagi untuk Hadapi El-Nino
"Untuk di Jateng sendiri bulan ini dan awal bulan besuk sudah mulai panen," kata Qomarun pada Kontan.co.id, Kamis (10/8).
Alih-alih melakukan impor menurutnya yang perlu dilakukan adalah perbaikan harga di tingkat petani. Ia mengakui bahwa petani saat ini memang tidak banyak yang menjual berasnya ke Bulog karena harganya tidak bersaing dengan harga pasar.
"Sekarang ini harga pasar masih di atas harga yang ditentukan Bulog, sehingga serapan Bulog jadi kurang optimal untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP), karena CBP kurang ini yang jadi alasan rencana impor," jelas Qomarun.
Selain harga menurutnya yang tidak kalah penting adalah program peningkatan produksi dalam jangka panjang. Misalnya, dengan pelatihan penerapan pertanian agroekologi yang serius.
Baca Juga: Harga Pangan Terus Menjulang Tinggi, Ini Daftarnya
"Program ini juga bisa menjadi solusi masalah penurunan kualitas tanah," tutur Qomarun.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bilang, pemerintah akan mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan CBP dalam menghadapi El-Nino.
"Terkait dengan El Nino kita sudah ratas dengan Presiden, kita hendaki agar stok beras (CBP) jelang akhir tahun harus bisa di atas 2,2 juta ton," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News