Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah sukses melelang pembelian kembali obligasi negara melalui penukaran kembali (debt switch), Kamis (18/6). Kementerian Keuangan (Kemkeu) membeli kembali (buyback) sembilan seri obligasi dan digantikan dengan tiga seri. Total penawaran masuk Rp 5,42 triliun, tapi pemerintah hanya mengambil Rp 2,95 triliun.
Ada sembilan seri yang ditawarkan kepada investor dalam buyback kali ini (lihat tabel). Kemudian, pemerintah menggantinya dengan tiga jenis surat utang negara (SUN). Mereka adalah FR0053 yang jatuh tempo 15 Juli 2021, FR0071 15 Maret 2029, dan FR0068 15 Maret 2034.
Sekadar mengingatkan, pemerintah sebenarnya punya agenda buy back sebanyak empat kali pada tahun ini. Itu rencananya berlangsung pada 12 Maret, 18 Juni, 10 September dan 10 Desember. Total anggaran buy back di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APN-P) 2015 Rp 3 triliun. Nah, belum jelas apakah agenda buy back periode mendatang akan tetap terlaksana atau tidak.
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistyaningsih, mengapresiasi langkah pemerintah melakukan buy back. Kebijakan ini sangat tepat dilaksanakan saat harga obligasi turun terus pada minggu lalu. Apalagi, waktu itu rupiah juga sedang melemah. "Buyback bisa menjaga agar harga SUN tak jatuh terlalu besar," ungkap Lana, Minggu (21/6).
Namun demikian, Lana menganalisa, nilai buy back ini masih terlalu kecil. Bandingkan saja, outstanding utang pemerintah di SUN lebih dari Rp 1.500 triliun. "Perlu diperbesar, paling tidak mencapai 10% dari penerbitan tahun ini agar program stabilisasi efektif," jelas Lana.
Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam juga menilai tepat strategi buyback ini. Hal ini menunjukkan pemerintah memiliki modal yang cukup untuk intervensi pasar.
Latif juga bilang, nilai buyback ini masih terlalu kecil. Walhasil, Latif ragu, buyback ini bisa menstabilkan harga SUN dan menjaga rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News