Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan indeks tendensi bisnis (ITB) pada kuartal ketiga tahun ini akan mengalami peningkatan menjadi sebesar 106,09. Nilai ini merupakan paling rendah sejak tahun 2012. ITB kuartal III tahun 2014 sebesar 107,24, 2013 106,12 dan 2012 107,43.
Kepala BPS Suryamin kepercayaan pebisnis tak bisa tinggi karena kondisi ekonomi domestik yang tertekan. Hal ini terutama akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Pekan lalu saja, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saja sudah terjun ke level Rp 13.500 per US$ 1. Sementara itu, selama ini pebisnis masih bergantung pada impor untuk menjalankan usahanya. Walhasil, pelemahan rupiah bisa mendongkrak kenaikan beban produksi.
Berdasarkan data BPS untuk kuartal III 2015, sektor usaha administrasi pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial diproyeksikan menjadi sektor yang paling tinggi indeks tendensi bisnis atau tingkat optimismenya sebesar 110,71. Disusul dengan sektor usaha informasi dan komunikasi sebesar 110,51 dan sektor usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 110,02.
Sementara itu, tingkat optimisme terendah, diproyeksikan ada pada sektor pertambangan dan penggalian dengan indeks tendensi bisnis berada di bawah 100, yaitu 91,31. Perlambatan ekonomi dan penurunan permintaan menjadi penyebab utama dari pesimisnya sektor usaha ini. Hal tersebut akhirnya menyebabkan kondisi pertambangan nasional belum membaik.
"Kalau produksi di dalam negeri sudah bagus, yang smelter sudah berjalan itu baru bisa menimbulkan keyakinan. Masyarakat bisa bekerja di perusahaan-perusahaan baru yang smelter itu, mendapatkan gaji yang bagus, dan swasta juga bisa menjual hasilnya ke luar negeri serta mendapat nilai tambah yang lebih tinggi. Tetapi memang butuh waktu, membangun industri yang baru," tambah Suryamin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News