Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga keuangan internasional Morgan Stanley optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2019.
Proyeksinya, ekonomi Indonesia mampu tumbuh mencapai 5,3%, lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya 5,17%.
Proyeksi tersebut tertuang dalam laporan Morgan Stanley, Rabu (17/4). Laporan tersebut merupakan tanggapan atas hasil pemilihan umum (pemilu) sementara di Indonesia yang menyatakan keunggulan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin. Di kawasan Asia, Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd. Deyi Tan menilai, Indonesia tergolong negara dengan struktur perekonomian terkuat, selain India.
"Morgan Stanley memperkirakan bahwa Indonesia dapat melawan arus global (perlambatan ekonomi) pada 2019, dengan pertumbuhan naik menjadi 5,3% pada 2019," terangnya.
Pertama, tak seperti tahun lalu, tekanan tren suku bunga global akan mereda. Tahun ini, kombinasi pelonggaran kondisi keuangan global serta kondisi makro domestik memungkinkan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan.
Morgan Stanley memandang, BI akan memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin pada kuartal III-2019, mengingat The Fed yang lebih dovish dan dollar Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah, disertai inflasi domestik yang rendah, dan defisit transaksi berjalan menyempit.
Kedua, paparan perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia dinilai cenderung moderat. Memang, kinerja ekspor Indonesia tetap diperkirakan tak akan lebih baik dari tahun lalu seiring dengan melambatnya permintaan China.
Namun, jika ketegangan dagang AS-China mereda, ada harapan permintaan akan kembali naik dan stabil mulai kuartal kedua ini.
"Kami melihat moderasi dalam momentum perdagangan Indonesia tidak akan separah negara-negara lain yang berorientasi ekspor di kawasan," terang Deyi.
Terakhir, efek pemilu terhadap belanja fiskal dianggap positif.
Namun, Morgan Stanley memperkirakan kebijakan fiskal tak akan agresif sepanjang tahun ini.
Deyi memprediksi defisit fiskal akan sedikit melebar menjadi 2,1% dari PDB tahun ini, dari sebelumnya hanya 1,84% dari PDB di 2018.
"Namun, fokus pada bantuan sosial dan infrastruktur harusnya menghasilkan efek pengganda yang lebih besar dan mendukung pertumbuhan yang membantu Indonesia melawan arus global," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News