kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar sangat volatil, DJPPR berhati-hati tarik pembiayaan


Selasa, 03 Maret 2020 / 14:33 WIB
Pasar sangat volatil, DJPPR berhati-hati tarik pembiayaan
ILUSTRASI. Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen wabah virus corona membuat proyeksi terhadap perekonomian dan kinerja APBN pada tahun ini semakin memburuk. Kondisi pasar keuangan pun mengalami gejolak drastis dalam beberapa pekan terakhir.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan sebelumnya menyatakan, defisit anggaran akan kembali melebar dari target 1,76% terhadap PDB di tahun 2020. Penyebabnya adalah perlambatan ekonomi global dan domestik, disertai kebijakan fiskal  countercyclical untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Meski Tengah Tertekan Efek Virus Corona, Pasar Obligasi Indonesia Tetap Menarik

Meski demikian, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan masih enggan menjelaskan seperti apa langkah strategi untuk mengantisipasi pembiayaan defisit APBN yang melebar itu. Pemerintah belum menetapkan apakah akan menambah porsi penerbitan SBN atau pinjaman sebagai solusi. 

“Perhitungannya belum, itu nanti. Kita di belakang masih melihat dulu kondisinya,” tutur Luky, Senin (2/3) malam saat ditemui di kantor Kemenkeu. 

Sejak awal tahun, penawaran yang masuk melalui lelang SUN terus meningkat. Pada lelang SUN terakhir pada 18 Februari lalu, penawaran yang masuk mencapai Rp 127,12 triliun dengan nilai yang diserap pemerintah hanya Rp 18,5 triliun. 

Namun di saat yang sama, volatilitas pasar mendorong tingkat yield naik. Hal ini membuat pemerintah lebih waspada dalam memenangkan lelang SUN maupun merencanakan penerbitan obligasi valas untuk pembiayaan anggaran.

“Yield yang terbentuk meninggi dan mencari ekuilibrium baru. semua terjadi karena sentimen pasar. Kami menerbitkan obligasi valas selalu tergantung kondisi  market, kalau sangat volatil kami harus hati-hati,” terang Luky. 

Di sisi lain, Luky meyakini volatilitas yang terjadi belakangan bukan didorong oleh kondisi fundamental perekonomian Indonesia. 

Baca Juga: Akhir Januari 2020, utang pemerintah naik menjadi Rp 4.817,55 triliun

Oleh karena itu, ia cenderung optimistis peluang yang menguntungkan akan muncul kembali seperti yang sempat terjadi pada awal 2020. 

“Dalam mengelola pembiayaan, kami selalu lihat kondisi market seperti apa, manajemen kas juga seperti apa, itu strategi kami,” tandasnya. 

Untuk APBN 2020, Kementerian Keuangan menetapkan target penerbitan SBN secara bruto sebesar Rp 735,52 triliun dan secara neto sebesar Rp 389 triliun. Sementara, target pinjaman secara bruto sebesar Rp 51,35 triliun terdiri dari pinjaman dalam dan luar negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×