kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,73   9,33   1.04%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar keuangan babak belur, bagaimana prospek pertumbuhan ekonomi 2020?


Sabtu, 29 Februari 2020 / 06:55 WIB
Pasar keuangan babak belur, bagaimana prospek pertumbuhan ekonomi 2020?


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Efek Covid-19 menghantam kondisi pasar dalam negeri sepanjang pekan ini. Upaya mencetak pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi pun menjadi kian menantang di tahun 2020 ini.

Nilai tukar rupiah tercatat anjlok ke atas Rp 14.300 per dollar AS di pasar spot dan indeks saham mengalami koreksi ke level Rp 5.400-an akhir pekan ini, Jumat (28/2).

Pemerintah telah menggelontorkan stimulus fiskal untuk menangkis potensi koreksi pertumbuhan ekonomi yang diprediksi bisa mencapai 0,3%. Artinya dengan basis pertumbuhan 5,02% tahun lalu, pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa menurun ke level 4,7%.

Baca Juga: Bahana: Pelemahan rupiah akibat kecemasan eksportir di pasar valas

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail Zaini menghitung, potensi koreksi pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia bisa lebih besar lagi. Setiap 1% penurunan ekonomi China berdampak pada penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0,58%.

"Kalau kuartal I ini China benar hanya bisa tumbuh 5,1%, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa jadi hanya 4,5%," kata Mikail, Jumat (28/2).

Dengan sentimen global yang begitu berat, Mikail mengatakan tak banyak harapan bagi ekonomi untuk tumbuh mencapai target pemerintah yang ambisius pada level 5,3%.

Baca Juga: Faktor eksternal dan fundamental menjadi penyebab anjloknya kurs rupiah

Dari sisi konsumsi rumah tangga, pertumbuhan sepanjang tahun ini diperkirakan hanya berkisar 4,8%-4,9%. "Inflasi bahan makanan masih dan akan semakin tinggi, terutama sekarang suplai dari China pun terhambat," sambungnya.

Belanja pemerintah, di sisi lain, juga tak bisa diharapkan. Sebab, prospek penerimaan perpajakan tahun ini bisa jadi lebih buruk dari tahun lalu jika aktivitas ekonomi melemah akibat Corona.

Sementara dari sisi investasi, ada harapan inisiatif Omnibus Law Cipta Kerja dari pemerintah bisa benar-benar efektif sehingga mendorong pertumbuhan investasi langsung asing (FDI) di dalam negeri hingga naik double-digit.

Namun jika ternyata tidak, Mikail memproyeksi pertumbuhan pengeluaran investasi hanya akan berada di kisaran 3,8% seiring dengan lesunya pertumbuhan kredit.

Baca Juga: Jaga pasar dari pengaruh virus corona, ini intervensi yang dilakukan BI

Net ekspor, lanjut Mikail, diprediksi kembali terkontraksi sekitar -2% sejalan dengan prospek pelebaran defisit neraca dagang.

"Secara full-year, kami proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini pada level 4,85%. Namun jika Omnibus Law pun ternyata tidak terimplementasi, proyeksi pertumbuhan bisa lebih rendah lagi yaitu 4,6%-4,7%," tandas Mikail. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×