Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings mengafirmasi peringkat sovereign credit rating Indonesia di level BBB/outlook stabil (Investment Grade) pada 24 Januari 2019. Para ekonom pun yakin bahwa lembaga-lembaga pemeringkat lain akan mempertahankan ratingnya dan memberikan outlook positif
Menurut Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi, pemberian rating ini kondisional atau melihat berbagai faktor, seperti defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD), inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Makroekonomi Indonesia Stagnan, Rating Utang Tak Mudah Kian Membaik
Dengan melihat faktor-faktor tersebut dan membandingkannya dengan kondisi Indonesia pada tahun 2019 lalu, Eric yakin bahwa lembaga-lembaga pemeringkat masih akan memberikan rating layak investasi.
"CAD tahun lalu kemungkinan bisa membaik dari tahun 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan relatif baik walau stagnan di kisaran 5,1%, inflasi rendah dan terkendali, dan walau defisit APBN pada 2019 masih meleset dari perkiraan," terang Eric pada Kontan.co.id, Minggu (26/1).
Eric melihat peluang lembaga rating Japan Credit Rating Agency (JCRA) akan memberikan rating upgrade di tahun ini atau tahun 2021. Bahkan, bila kondisi ekonomi Indonesia membaik dengan inflasi yang tetap rendah, CAD yang mengecil di 2020, dan defisit APBN di tahun ini yang terjaga.
Sementara untuk outlook, mengacu Market dan Data Info Bank Indonesia (BI), saat ini yang telah memberikan outlook positif adalah lembaga pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Fitch, serta S&P. Sementara lembaga Moody's masih memberikan outlook di level stabil.
Selain Eric, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memprediksi lembaga-lembaga pemeringkat lain masih akan mempertahankan ratingnya. Hanya saja, untuk outlook ia melihat lembaga-lembaga tersebut cenderung memberikan outlook stabil, bukan positif.
Bahkan, Bhima pun melihat ada risiko penurunan rating ke depannya untuk sektro swasta, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang disebabkan oleh kemampuan membayar yang rendah.
Baca Juga: Fitch tetap memberikan peringkat investment grade bagi Indonesia, begini tanggapan BI
Demikian juga dengan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memandang bahwa lembaga pemeringkat cenderung akan mempertahankan credit rating Indonesia di level layak investasi.
Menurut Piter, tidak ada alasan kuat bagi mereka untuk menurunkan maupun menaikkan peringkat Indonesia karena indikator-indikator makro Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi yang masih tertahan di level 5%, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News