Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kondisi strategisnya yang dekat dengan sungai Ciliwung mengalirkan air langsung ke Laut Jawa merupakan salah satu alasan mengapa di masa kolonial, Pemerintah Belanda memasuki jalur tersebut di abad 17. Kini, sebanyak 1,8 juta orang tinggal di dalam kota yang menjadi campuran aneh antara bisnis pelabuhan yang memudar, masyarakat miskin di wilayah pesisir dan populasi besar orang Indonesia keturunan Tionghoa yang kaya.
Dilansir dari REUTERS, Tidak ada kota lain yang akan cepat tenggelam selain Jakarta. Sebanyak 20% dari teritorialnya sudah berada di bawah permukaan air laut. Hal ini menegaskan pendapat tentang tenggelamnya wilayah Jakarta Utara pada 2050.
Itulah mengapa Masjid Adhuna di distrik pelabuhan mulai terlantar sejak air laut menggenang pada 2005. Masjid itu tadinya dibangun di era kolonial Belanda untuk pelaut muslim. Sebuah dinding besar dibangun untuk memisahkan antara masjid yang tergenang itu dengan pemukiman di tanah kering di sebelahnya. Masjid itu kini bertengger tergenang dengan atap yang sudah setengah runtuh.
Baca Juga: 5 cara Presiden ungkapkan kemarahannya
Namun mengapa Jakarta tenggelam?
Selain faktor air laut yang meningkat, perencanaan tata kota selama ini tidak bekerja dengan baik. Kota Jakarta kebanyakan diaspal dan dibeton. Itu artinya, tidak ada daya resap jika air hujan turun selama musim penghujan.
Namun, tanah Jakarta kurang berkaitan dengan apa yang ada di atas tanah melainkan lebih banyak berhubungan dengan yang terjadi di bawah tanah. Ekstraksi air tanah adalah salah satu sumber masalahnya. Separuh dari rumah warga di Jakarta terhubung dengan jaringan pipa air bawah tanah.
Namun sebagian dari mereka juga ada yang menggunakan pompa air untuk memaksa air keluar dari tanah dengan alat pompa listrik. Tindakan ekstraksi air tanah inilah yang menyebabkan tanah Jakarta anjlok.
Baca Juga: Duh, Efek Semburan Minyak Pertamina Bisa Membesar
Seorang penasehat pemerintah Republik Indonesia di bidang Urban Planner, Nirwana Joga mengatakan kalau hal itu seperti 'pembunuhan pelan-pelan.' Hotel-hotel besar, pabrik-pabrik dan tempat perbelanjaan seperti mal juga memiliki sistem pompa air tanah masing-masing.
"Masalahnya ada pada ulah manusia sendiri, bukan alam," pungkas Nirwana.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kata Media Asing, Jakarta Salah Satu Kota Besar yang Cepat Tenggelam"
Penulis : Miranti Kencana Wirawan
Editor : Miranti Kencana Wirawan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News