kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Omicron XBB Mendominasi Kasus Covid-19 3 Minggu Terakhir, Apa Itu XBB dan Gejalanya?


Kamis, 10 November 2022 / 03:55 WIB
Omicron XBB Mendominasi Kasus Covid-19 3 Minggu Terakhir, Apa Itu XBB dan Gejalanya?


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masyarakat harus tetap mewaspadai penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia. Pasalnya, jumlah kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan seiring dengan ditemukannya subvarian Omicron XBB. 

Melansir Kompas.com, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan mengumumkan, sejak 3 minggu terakhir, subvarian baru Covid-19 Omicron XBB sudah mendominasi di Indonesia. 

Menurutnya, penularaan XBB lebih cepat dengan puncak kasus yang diperkiraakan setara dengan varian BA.4 dan BA.5 yang menyebar pada Juli hingga Agustus 2022 lalu. 

"Dan kelihatan sekali bahwa subvarian XBB itu cepat sekali naik dominasinya dalam tiga minggu terakhir ini," kata Budi, dikutip dari Kompas.com, Selasa (8/11/2022). 

Inilah penjelasan mengenai apa itu subvarian XBB dan apa saja gejalanya?

Baca Juga: UPDATE Covid-19 Indonesia, 9 November: Tambah 6.186 Kasus Baru, Meninggal 43

Apa itu XBB?

Varian XBB baru menyebar cepat di Asia Tenggara. Salah satunya adalah Singapura, yang telah melihat jumlah kasus berlipat ganda dalam sehari.

Salah satu ciri dari subvarian XBB ini adalah mengelak kekebalan terhadap beberapa vaksin. 
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan varian XBB telah terdeteksi di 26 negara secara total.

Ahli penyakit menular UC Berkeley, John Swartzberg, mengatakan kepada San Francisco Chronicle bahwa varian XBB tidak berbeda dengan varian Covid-19 lainnya. 

"Kami melihat banyak varian baru yang menggunakan pendekatan serupa untuk bertahan hidup - mereka menemukan cara untuk menghindari cara kita mendapatkan kekebalan dari vaksin dan infeksi sebelumnya dengan perubahan pada protein lonjakan. XBB tidak berbeda dari yang lain," jelasnya.

Baca Juga: Kemenkes: 4 Hari Terakhir Terjadi Peningkatan Kasus Covid-19 Hingga 4.900

Untungnya, figur otoritas lainnya telah menekankan bahwa saat ini tidak ada bukti bahwa XBB menyebabkan penyakit yang lebih parah ketika melihat Singapura sebagai studi kasus. Hal ini diyakini karena tingginya penyerapan vaksin booster di negara itu.

Diperkirakan bahwa jenis Covid-19 tertentu ini adalah kombinasi dari dua jenis Omicron yang berbeda. Dan WHO telah menyiratkan bahwa XBB tampaknya adalah varian yang paling menghindari antibodi sejauh ini, sesuatu yang telah mereka kumpulkan melalui "bukti laboratorium". 

Tetapi penguat bivalen (yang menggunakan formula yang menargetkan strain Covid asli dan variasi Omicron) telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Ada juga pecahan lain dari XBB, yang dikenal sebagai XBB.1, XBB.2, dan XBB.3.

Gejala ringan varian XBB

Dilansir dari Prevention, tanda Omicron XBB kurang lebih sama dengan subvarian Omicron sebelumnya, antara lain: 

  • Demam atau menggigil kedinginan
  • Batuk
  • Sesak napas atau napas rasanya tidak lega
  • Badan mudah lelah dan lemas
  • Nyeri otot atau sekujur tubuh rasanya sakit
  • Sakit kepala
  • Lidah tidak ada rasa atau hidung tidak bisa mencium bau
  • Sakit tenggorokan
  • Pilek atau hidung tersumbat
  • Mual atau muntah
  • Sakit perut atau diare

Bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, seperti diabetes, gejalanya mungkin lebih parah.

Baca Juga: Sejak 3 Minggu Terakhir, Subvarian XBB Mendominasi Kasus Covid-19

Gejala berat XBB

Melansir Kompas.com, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Erlina Burhan mengatakan, gejala yang ditimbulkan oleh subvarian XBC dan XBB ini umumnya sama dengan subvarian Omicron yang lain.  

Kendati demikian, ada gejala berat yang mungkin muncul mengingat keduanya adalah rekombinan dari subvarian sebelumnya. XBB merupakan rekombinan subturunan omicron BA.2.10.1 dan BA.2.75, dengan mutasi di S1 dan 14 mutase tambahan di protein spike BA.2. 

"Ada kemungkinan ada gejala berat, gejala dari varian delta mungkin terjadi. Tapi, kita belum tahu. Belum ada bukti ilmiahnya apalagi indonesia belum ada kasus (XBC). Hingga saat ini, masih dinyatakan mirip dengan Omicron yang lain," kata Erlina dalam konferensi pers IDI secara daring di Jakarta, beberapa waktu lalu.  

Erlina merinci, gejala berat yang mungkin timbul adalah anosmia dan ageusia yang merupakan gejala khas varian delta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×