kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.938.000   14.000   0,73%
  • USD/IDR 16.302   -26,00   -0,16%
  • IDX 7.122   53,46   0,76%
  • KOMPAS100 1.038   7,99   0,78%
  • LQ45 802   4,92   0,62%
  • ISSI 230   2,50   1,10%
  • IDX30 417   1,19   0,29%
  • IDXHIDIV20 488   0,41   0,08%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,39   -0,33%
  • IDXQ30 135   -0,18   -0,13%

OECD Proyeksi Konsumsi Masyarakat Indonesia Tetap Melemah di Semester I-2025


Selasa, 03 Juni 2025 / 15:58 WIB
OECD Proyeksi Konsumsi Masyarakat Indonesia Tetap Melemah di Semester I-2025
ILUSTRASI. Pelanggan berbelanja di salah satu supermarket Jakarta, Jumat (7/3/2025).OECD memperkirakan bahwa konsumsi rumah tangga Indonesia dan investasi swasta masih akan tetap melemah pada semester I-2025.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan bahwa konsumsi rumah tangga Indonesia dan investasi swasta masih akan tetap melemah pada semester I-2025.

Hal tersebut tertuang dalam laporan terbaru bertajuk: OECD Economic Outlook Edisi Juni 2025.

Namun, seiring dengan pelonggaran kondisi keuangan, inflasi yang tetap terjaga dalam kisaran target Bank Indonesia, serta mulai meningkatnya belanja investasi publik melalui Danantara yang baru dibentuk, permintaan domestik diperkirakan akan meningkat secara bertahap mulai paruh kedua 2025 hingga 2026.

Baca Juga: Masyarakat Indonesia Terindikasi Makin Konsumtif dan Impulsif dalam Berbelanja

"Pelemahan sentimen bisnis dan konsumen baru-baru ini di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan biaya pinjaman yang tinggi akan membebani konsumsi dan investasi swasta pada paruh pertama tahun 2025," tulis OECD dalam laporannya, dikutip Selasa (3/6).

OECD sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 4,7% pada tahun 2025, sebelum sedikit menguat ke 4,8% pada 2026.

Di sisi eksternal, OECD mencatat bahwa ketegangan dagang global yang meningkat dan penurunan harga komoditas akan menekan permintaan luar negeri serta pendapatan ekspor Indonesia.

“Inflasi diperkirakan akan naik secara bertahap menuju titik tengah kisaran target bank sentral, seiring berakhirnya diskon tarif listrik pada awal 2025 dan dampak depresiasi nilai tukar terhadap harga domestik,” katanya.

Meski demikian, risiko pertumbuhan tetap condong ke arah penurunan.

Baca Juga: Libur Panjang pada Kuartal II Tak Bikin Konsumsi Masyarakat Meningkat, Kenapa?

OECD memperingatkan bahwa arus keluar modal yang terus berlanjut akibat ketidakpastian kebijakan global maupun domestik dapat menekan nilai tukar lebih lanjut, memperlebar defisit transaksi berjalan, dan mendorong inflasi melalui kenaikan biaya impor.

Selain itu, pelemahan ekonomi China yang lebih besar dari perkiraan sebagai pasar ekspor utama Indonesia, dapat semakin membebani kinerja ekspor, terutama pada sektor komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×