Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% year on year (yoy) pada tahun 2025. Proyeksi ini sesuai dengan target pemerintah dalam APBN 2025.
Proyeksi tersebut tercantum dalam laporan OECD Economic Surveys Indonesia edisi November 2024.
Sementara untuk 2024, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,1% yoy, lebih rendah dari target dalam APBN 2024 sebesar 5,25 yoy.
Meski begitu, OECD mengingatkan ada sejumlah faktor yang mungkin terjadi dan bisa mengganggu prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Indonesia Perlu Transformasi Ekonomi Hijau dan Digitalisasi untuk Dorong Ekonomi
Pertama, lonjakan harga pangan dan energi. Kekhawatiran ini bisa menimbulkan biaya hidup yang tinggi dan biaya fiskal pemerintah yang membengkak.
Maka dari itu OECD menyarankan agar pemerintah melakukan reformasi subsidi yang lebih tepat sasaran.
Kedua, menurunnya minat investor, yang bisa menyebabkan investasi merosot serta keluarnya aliran modal asing dari dalam negeri.
Untuk mencegah hal tersebut pemerintah disarankan untuk hati-hati dalam mengeluarkan kebijakan pembiayaan utang, untuk menjaga kepercayaan investor, serta menjaga cadangan devisa agar tetap tinggi.
Ketiga, bencana alam. Hal ini karena Indonesia adalah salah satu negara yang rawan bencana alam seperti aktivitas gunung Merapi dan gempa bumi. Bila ini terjadi maka beban fiskal akan bertambah dan akan berdampak pula pada kondisi sosial dan ekonomi.
Untuk mengatasi hal tersebut, OECD menyarankan agar pemerintah bisa mengintegrasikan iklim ke dalam uji ketahanan keuangan dan regulasi perencanaan lahan, serta memperluas cakupan asuransi kepada masyarakat.
OECD menyampaikan, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah pulih dari pandemi Covid-19, tetapi ketidakpastian global masih tinggi, sehingga pemerintah harus tetap waspada.
Baca Juga: Presiden Prabowo Beberkan Alasan Indonesia Ingin Jadi Anggota OECD dan BRICS
“Belanja dan pendapatan pemerintah rendah dibandingkan dengan negara lain dan tekanan belanja di masa mendatang memerlukan peningkatan pendapatan pajak. Basis pajak untuk PPN dan pajak penghasilan harus diperluas dan belanja harus dibuat lebih efisien,” tulis laporan tersebut yang dikutip Rabu (27/11).
OECD menyampaikan, proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,2% yoy pada 2025 akan didorong oleh konsumsi yang tetap kuat dan investasi swasta kemungkinan akan meningkat.
Akan tetapi, defisit fiskal diperkirakan akan sedikit melebar disebabkan belanja untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), meski diproyeksikan akan tetap di bawah batas 3%.
Selanjutnya: Kinerja Industri CPO Masih Apik, Begini Dampaknya bagi Emiten CPO
Menarik Dibaca: Hujan Petir Landa Daerah Ini, Berikut Prakiraan Cuaca Besok (28/11) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News