kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,26   0,83%
  • KOMPAS100 1.105   10,12   0,92%
  • LQ45 877   10,37   1,20%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 539   4,27   0,80%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 135   0,60   0,45%
  • IDXQ30 149   1,41   0,96%

OECD pangkas lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5% di 2019 dan 2020


Kamis, 19 September 2019 / 19:46 WIB
OECD pangkas lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5% di 2019 dan 2020
ILUSTRASI. Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) kembali menurunkan proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu menjadi hanya 5% untuk tahun 2019 dan 2020.

Proyeksi tersebut lebih rendah dari perkiraan OECD pada Mei lalu di mana ekonomi Indonesia diramal masih dapat tumbuh pada level 5,1% di 2019 dan 2020. 

Dalam laporan proyeksi ekonomi interim edisi September, Kamis (19/9), OECD juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari sebelumnya 3,2% menjadi hanya 2,9% di 2019. 

Baca Juga: OECD pangkas prospek pertumbuhan ke level terendah sejak krisis 2008

Sementara, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2020 juga diturunkan dari 3,4% menjadi 3%. 

Kepala Ekonom Laurence Boone menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia semakin rentan dan diliputi ketidakpastian akibat tensi perdagangan yang terus meningkat. Ketegangan perdagangan global menimbulkan kontraksi perdagangan, menurunkan keyakinan investasi, menimbulkan ketidakpastian kebijakan, serta membebani pasar finansial dengan sentimen risiko. 

“Kenaikan tajam harga minyak dunia akibat tensi geopolitik yang meningkat dan disrupsi suplai minyak Arab Saudi juga menambah ketidakpastian dan volatilitas keuangan global,” tutur Boone dalam laporannya. 

Dalam konteks Indonesia, Boone mengatakan, pertumbuhan ekonomi tertekan oleh perdagangan yang melemah terutama di kawasan Asia. Hal ini membuat pertumbuhan ekspor Indonesia tertahan.

Belum lagi, OECD mengestimasi, pertumbuhan permintaan domestik di China akan terus menurun sekitar 2% per tahun sehingga berdampak pada perlambatan ekonomi global yang signifikan.

Terutama jika pelemahan ini dibarengi dengan memburuknya pasar keuangan dan makin bertambahnya ketidakpastian global. 

“Tahun 2015-2016, pelemahan ekonomi China menyeret pertumbuhan PDB global 0,7% per tahun selama dua tahun berturut dan perdagangan global turun 1,5% per tahun dengan efek terbesar pada ekonomi negara-negara Asia,” kata Boone. 

Baca Juga: Begini strategi pemerintah menggenjot penerimaan pajak via ekonomi digital



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×