kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,58   -6,78   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Obrolan Santai di Meja Makan Jadi Motivasi Sigit Priawan Menjawab Tantangan


Rabu, 16 November 2022 / 16:26 WIB
Obrolan Santai di Meja Makan Jadi Motivasi Sigit Priawan Menjawab Tantangan
Sigit Priawan Djokosoetono, Direktur Utama Blue Bird


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini

KONTAN.CO.ID - Ngapain saja hari ini? Dapat nilai atau pelajaran apa saja? Ada aktivitas menyenangkan hari ini

Mungkin pertanyaan itu sudah bosan didengar telinga, seperti “basa basi” yang tidak memberikan efek positif  bagi si pendengar. Apalagi si pendengar nyatanya dalam perasaan yang kurang baik, pertanyaan itu makin tidak ada efeknya.

Tapi, pertanyaan itu sangat bermakna besar bagi Sigit Priawan Djokosoetono, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk (Bluebird), perusahaan transportasi darat yang punya jaringan besar dan kuat di Indonesia. Bagi Sigit, pertanyaan basa basi itu membuat dirinya terus berkembang dan berproses lebih baik setiap harinya.

Di masa lalu, orang tua Sigit kerap mendorong anak-anaknya untuk selalu belajar dan tumbuh setiap harinya dengan melempar pertanyaan basa basi itu saat berada di meja makan. “Setiap habis makan siang atau makan malam bareng, biasanya ditanya sudah mengerjakan apa saja? Kira-kira mau apa lagi? Pertanyaan itu akhirnya jadi trigger untuk berpikir kira-kira mau apa lagi ya, masak gue begini-begini terus,” kata Sigit kepada Tim Kontan beberapa waktu lalu.

Pertanyaan itu dijawab Sigit dengan proses dan perjalanan yang tidak mudah. Meski mengelola perusahaan milik keluarga, Sigit tidak serta merta langsung menduduki jabatan penting. Di awal karirnya, ia menjabat sebagai assistant director setelah menyelesaikan studi S-1 di Program Studi Teknik Mesin Universitas Trisakti pada 1993.

Posisi tersebut nyatanya tidak seenak yang dibayangkan banyak orang sekarang. Bayangkan saja, tugas Sigit kala itu harus mengatur peredaran taksi, menjawab telepon pelanggan yang hendak memesan taksi, dan pekerjaan sejenis lainnya.

Agar skill-nya semakin bertambah, pria yang suka bersepeda itu melanjutkan pendidikan ke program studi Master of Business Administration (MBA) di Simon School of Business University of Rochester di New York, Amerika Serikat. Pilihannya melanjutkan studi mendapat restu dari orang tua. Sigit mengaku, orang tuanya memang memotivasi anak-anaknya untuk menggali ilmu sedalam mungkin. “ Pendidikan jadi salah satu poin yang ditanyakan dan dikompetisikan secara tidak langsung,” ujar Sigit.

Setelah resmi bergelar MBA pada 1997, karir Sigit cukup melesat cepat dengan menduduki posisi strategis, yaitu Vice President Central Operations pada 2007-2012 dan posisi direktur dari 2012 sampai 2021. Selama menjabat di dua posisi itu, Sigit terlibat dalam sejumlah keputusan penting di Bluebird.

Di awal tahun 2000-an, ia ikut terlibat dalam proses digitalisasi Bluebird. Saat itu, Bluebird mencoba sebuah gebrakan dengan berpindah dari sistem konvergensi radio ke Global System for Mobile Communication (GSM). Demi memudahkan pelacakan, kemudian Bluebird mengadopsi teknologi Global Positioning System (GPS) yang belum familiar saat itu. Kini, Bluebird harus bersaing dengan ride-hailing berbasis aplikasi.

“Tanpa achievement tersebut kami mungkin terlambat membangun fondasi untuk masuk era disrupsi,” aku Sigit.

Secara bisnis, Sigit membuat tonggak penting perjalanan Bluebird dengan masuk ke pasar modal lewat initial public offering (IPO) pada tahun 2014. Ia pun tergabung dalam “satuan tugas” perusahaan dengan memastikan agar IPO berjalan lancar. “Satgas IPO ini (bertugas) memastikan IPO berjalan dengan tim lain, dengan tim legal dengan tim finance, dengan tim bankers, kami menyiapkan dari A sampai Z, drafting prospektus dan lain-lain, semua hal sampai proses izin,” kata sigit.

Kerja kerasnya dan tim berbuah manis, Bluebird melantai di bursa saham dengan kode BIRD. Pada 5 November 2014, Bluebird merilis 376,5 juta saham di harga Rp 6.500 per saham. Setelah itu, Bluebird meraup dana IPO senilai Rp 2,45 triliun.

Karir pria kelahiran 1971 itu pun melesat beberapa tahun setelah IPO Blue Bird. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bluebird yang diselenggarakan pada 27 Agustus 2021, menunjuk Sigit sebagai direktur utama. Di momen yang sama, Sigit pun mendapat tantangan besar, sebab bisnis transportasi mengalami penurunan kala pandemi COVID-19.

Pendapatan usaha Bluebird hanya Rp 2,04 triliun di tahun 2020, menyusut drastis sebesar 48,43% secara year on year (YOY). Bluebird juga membukukan rugi bersih Rp 161,35 miliar pada tahun yang sama. Padahal, sebelumnya Bluebird meraup laba sebesar Rp 314,56 miliar pada 2019.

Penurunan itu membuat Sigit berkomitmen meningkatkan kinerja dan membuat pondasi BIRD yang lebih kuat. “Kami cukup yakin akan kembali dengan kondisi lebih kuat, karena selama dua tahun terakhir kami banyak belajar bagaimana memperbaiki kinerja,” ujarnya.

Kenaikan kinerja pun mulai terlihat pada 2021. Perusahaan yang logonya didominasi warna biru itu meraih pendapatan usaha Rp 2,22 triliun atau naik 8,51 yoy. BIRD juga berhasil membukukan laba bersih Rp 7,71 miliar.

Peningkatan ini juga ditunjukan Bluebird dengan membeli 4.000-5.000 unit kendaraan baru di tahun 2022. Pada momen bersamaan, Sigit dan tim mengawal misi sustainability (keberlanjutan) perusahaan dengan tiga pilar, yaitu BlueSky, BlueLife, dan BlueCorps.

BlueSky adalah bentuk kontribusi dukungan Bluebird bagi lingkungan seperti menurunkan emisi karbon dengan kendaraan ramah lingkungan, efisiensi energi, hingga penerapan energi terbarukan di lingkungan perusahaan.

Bentuk dukungan untuk kualitas hidup yang lebih baik juga ditunjukan Bluebird dengan BlueLife. BlueLife sendiri merupakan inisiatif untuk internal perusahaan (karyawan maupun mitra pengemudi) dan eksternal perusahaan seperti komunitas lokal, UMKM, hingga masyarakat Indonesia secara luas.

Secara ESG, pilar BlueCorps membantu Bluebird guna menjalankan praktis bisnis yang transparan, bertanggungjawab, dan punya tata kelola yang baik.

Gowes Sepeda Sampai Nepal

Kesibukan di dunia bisnis tidak membuatnya lupa mengisi waktu dengan bersepeda. Bahkan, dia juga menjabat sebagai chief di Yeti Tribe Indonesia (YTI), salah satu komunitas sepeda gunung atau mountain biking terbesar di Indonesia. Dalam ranah perusahaan, Sigit mengaku BlueBird juga memiliki komunitas yang suka bersepeda.

Hobi sepeda sejatinya ia telah geluti selama 15 tahun terakhir. “Mulanya diajak teman, mencoba dan akhirnya ketagihan,” cerita Sigit.

Sigit berpendapat, aktivitas bersepeda dapat menjaga kesehatan tubuh dan menyegarkan pikiran. Setiap bulan, Sigit bisa menggowes sepedanya ke gunung sebanyak 1-2 kali, kadang 3-4 kali. Tak ayal, hobi tersebut juga menambah relasi pertemanannya di komunitas. Apalagi saat beristirahat, membuat pembicaraan menjadi lebih santai. “Terkadang di alam, banyak resiko dan kita dididik untuk saling menjaga diri,” imbuh Sigit.

Dalam bersepeda gunung, hampir semua lokasi di Jawa, Bali, dan Lombok sudah pernah Sigit jajal. Baginya, kawasan favorit untuk bersepeda gunung adalah Puncak (Bogor) dan Lembang (Bandung) karena dekat dari Jakarta. Bahkan, ia pernah bersepeda gunung di Nepal dan Himalaya. “Kami sudah pernah ke Nepal, Himalaya, sebelum pandemi,” ucap Sigit.

Rencananya, Sigit dan kawan komunitas masih mencari lokasi mountain biking guna menambah pengalaman dan wawasan adventure-nya. Salah satu lokasi yang sedang dibidik adalah Sumatera Barat.

“Rute berikutnya kalau ada kesempatan untuk menjajal Swiss atau Eropa untuk memberikan pengalaman berbeda bersepeda di daerah ketinggian dan pemandangan yang indah,” pungkas Sigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×